Sudah lama saya tidak berkunjung ke Banjarmasin selepas pandemi ini. Padahal di kota Seribu Sungai ini banyak alam natural yang masih asli dan dengan sepenuh hati diproteksi oleh masyarakat khususnya aktivis lingkungan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Fery Lens, pegiat SBI Foundation yang aktif melakukan penelitian lahan basah dalam rangka menyelamatkan habitat bekantan lingkungan, yang notabene juga menyelamatkan kehidupan manusia.
"Kami terus aktif di Stasiun Riset Bekantan yang merupakan kawasan habitat bekantan yang berada di luar kawasan konservasi, berlokasi di kawasan Pulau Curiak - Anjir Muara - Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan," ujar Pak Fery belum lama ini di Banjarmasin (2/5/2021)
Stasiun riset bekantan didirikan oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), sebuah lembaga yang bergerak di bidang perlindungan dan pelestarian bekantan serta habitatnya, yang dipimpin Amalia Rezeki. Stasiun riset bekantan ini dikelola oleh SBI bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) - Banjarmasin.
"Jangan salah, riset kami bukan melulu diaktivasi oleh NGO - Non Governmental Organization, melainkan juga terkait langsung dengan kegiatan akademik resmi di Universitas, dan semakin mendunia karena internasional juga semakin tertarik untuk melakukan riset di lahan basah ini...."imbuh Pak Fery yang juga sangat ahli di bidang fotografi alam natural.
Stasiun Riset Bekantan diresmikan pada tanggal 5 Juni 2018, oleh Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Sc.,M.Si Rektor ULM dengan didampingi Professor Timothy Roberts Killgour, Professor Matthew Warrington dan Professor Michael Joseph dari University of New Castle Australia dan disaksikan oleh para mahasiswa kedua perguruan tinggi Universitas Lambung Mangkurat ( ULM ) dan University of New Castle Australia serta para undangan lainnya.
Dalam visi misi yang telah ditetapkan, tujuan pendirian Stasiun Riset Bekantan; untuk menyelamatkan bekantan terhadap degradasi populasi bekantan, terutama di luar kawasan konservasi.
Selain itu juga sinergi dan saling mendukung Universitas Lambung Mangkurat ( ULM ), khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya, sebagai pusat riset bekantan dan ekosistem lahan basah dunia. Dan tentu saja menjadikan Kalsel sebagai destinasi ekowisata bekantan dunia, untuk menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Stiamak Barunawati Surabaya dalam waktu dekat bermaksud menjalin kerjasama melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Divisi Pecinta Alam, untuk bergabung bersama kampanye cinta lingkungan, proteksi lahan basah, dan penyelamatan alam dengan aksi-aksi nyata.
"Insya Allah Juli mendatang kami akan ajak SBI sebagai mitra Kampus Merdeka Merdeka Belajar, sehingga mahasiswa dan dosen Stiamak dapat sinergi ke Banjarmasin baik secara virtual maupun nyata, "kata Pak Mudayat Haqi, MM Kepala Bagian Kemahasiswaan Stiamak Barunawati Surabaya.
"Kami sambut gembira semua pihak yang ingin bergabung dalam aksi penyelamatan lingkungan, "pungkas Pak Fery menanggapi keinginan Stiamak untuk bersinergi. (03.06.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H