Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Regulasi Korporasi tentang Izin Kerja

3 Juni 2021   05:53 Diperbarui: 3 Juni 2021   06:07 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termasuk yang agak sensi dengan masalah ijan ijin kerja alias izin kerja ini. Tersebab jika ada wa masuk dari tim "Pak maaf badan saya lagi gak enak, ijin tidak masuk", maka respon pertama adalah ah apakah benar engkau sakit atau hanya karena males masuk kerja saja.

Fenomenanya adalah bahwa ada karyawan yang memang kadang seenaknya sendiri kalau cape lantas berlibur atas inisiatif sendiri, leyeh-leyeh di rumah. 

Mengapa saya negatif thinking tersebut, sebab ada pengalaman doeloe, jaman masih belum IT minded,  saya sudah mengijinkan seseorang tidak masuk di hari Kamis, ternyata hari itu dia masuk kantor.

Ketika saya tegur, lho katanya kamu sakit gak enak badan ijin tidak masuk?

Lantas dia menjawab dengan polos jujur dan sungguh rendah hati "Pak saya ijin tidak masuknya besuk saja Jumat"

Lantas saya mau tertawa kecut sambil jaga imaje supaya tidak mudah meledak marah dengan mengatainya , "Oh jadi gak enak badannya ditunda besuk jumat tho kamsud loe....".

Lantas tergelak semua karyawan di ruangan itu yang tahu maksud ungkapan saya. 

APLIKASI CUTI 

Kompasiana menawarkan tema yang memang up date yakni ketika badan merasa tidak enak, kadang seorang karyawan memaksa untuk tetap kerja karena telanjur memiliki tanggung jawab yang belum selesai.  Lantas dikatakan, bahwa padahal ketika dipaksakan masuk kerja pun, kinerja menjadi tidak maksimal. Kompasianer, kalau kamu lebih pilih mana? Memaksakan diri masuk, atau tetap mengajukan cuti/izin? 

Ya inilah yang sebenarnya policy korporasi yang menentukan. Doeloe cuti ijin sakit dan lain sebagainya, dilakukan manual dan berdasarkan komunikasi lisan. 

Di banyak perusahaan termasuk di tempat saya bekerja saat ini, presensi dilakukan dengan aplikasi dan posisi lokasi terbaca di layar info. Kapan log in/clock in, dan kapan log out/clock out, atau kapan nunul layar masuk dan kapan nunul layar pulang dengan akumulasi jam kerja yang ada, semua ada di aplikasi presensi.

Serikat Pegawai juga sangat komunikatif sehingga saat ini berlaku bahwa cuti bahkan bisa dilakukan setengah hari. Pengajuannya adalah lewat aplikasi, selama atasan memberikan konfirm, maka cuti berjalan. 

Dalam prakteknya ya biasanya minimal sehari. 

Kalau ijin sakit, maka risiko akan dikurangi tunjangan harian/bantuan transportasi/tunjangan kehadiran, termasuk harus melampirkan copy surat keterangan sakit dari dokter, diiinsert dalam aplikasi presensi tersebut. 

Jadi sebagian karyawan memilih "cuti", dan memang mengisi form cuti di aplikasi ketimbang ijin sakit. 

Pelaksanaan cuti memang bisa dicicil tadi, harian, atau bahkan setengah harian. 

Akumulasi akan disetahunkan berapa jatah hari masih boleh cuti, semua ada kalkulasi otomatis di aplikasi.

Bagaimana dengan tunjangan cuti? 

Cuti tahunan tunjangannya adalah 1 x penghasilan, dibayarkan di depan di bulan Januari setiap tahunnya. Doeloe pernah dicoba cuti dikonversi setiap hari-nya pelaksanaan, risikonya buku keuangan agak ruwet. Maka setiap tahun di awal Januari, tunjangan cuti langsung dibukukan di rekening payroll.

Cuti besar setiap 6 tahun sekali, tunjangannya 2 x penghasilan, dibuku juga setiap 6 tahun sekali. Pelaksanaan hari cuti ya tadi, sesuai request dan konfirm dari atasan.

KARYAWAN RIBUAN CUTI BARENG? 

Pandemi memang kaco kaco kaco. Sebelum pandemi semua cuti bisa dilakukan dengan bebas asalkan sesuai dengan konfirmasi atasan dan jawal kerja kantor. Sekarang cuti semakin ketat dan tidak boleh bersamaan dalam satu tim kerja. 

Bagaimana jika ribuan karyawan mau cuti bersama, bareng-bareng? Semua ada jadwalnya.

Sebelum pandemi, justru cuti bersamaan difasilitasi manajemen dengan employee dan atau family gathering, piknik bersama ke pegunungan sejuk atau pantai yang luas melandai. 

Bergembira games outbond teka teki berhadian saling melempar senyum dengan penuh kerumunan dan teriakan timpuk sorak anak-anak karyawan.

Sekarang itu dilarang!

Tidak boleh berkerumun, jaga jarak, pake masker, dan protokol kesehatan lain.

Maka kebijakan cuti disesuaikan. Cuti insidental tetap berbasis aplikasi dan konfirmasi atasan. Sedangkan gathering yang secara filosofis ideologis adalah cuti barengan, digantikan dengan virtual gathering yang jadinya ya garing deh....

Makanya jika covid19 ini musnah di muka bumi dan sehat sentosa manusia, maka akan ramai kembali tempat wisata meskipun cuti tetap perlu diatur sehingga irama kerja tetap terjaga.

Damai selalu Indonesiaku... semoga pandemi segera berakhir.... (03.06.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun