Pernah mendengar soto kerbau yang enak menggigit lidah? Itu hanya ada di Kudus tempat waliyullah yang juga guru dari Adipati Jipang Panolang Haryo Penangsang yang lazim dikenal sebagai Sunan Kudus. Kalau Anda saat ini berkunjung ke situs warisannya, maka masih megah berdiri Masjid Sunan Kudus yang desain arsitekturnya adalah Hindu dengan menara untuk adzan ketika itu.
Sunan Kudus, di luar kontroversi bagi penggemar Kethoprak Mataram yang difigurkan sebagai tokoh pembela Haryo Penangsang - padahal Haryo Penangsang difigurkan sebagai musuh Pajang yang kelak melahirkan kerajaan Mataram - adalah tokoh toleran yang mengakomodasi budaya lokal ketika itu, sehingga masjidnya berdesain arsitektur Hindu.
Bahkan saking tolerannya Sunan Kudus, menu makanan berdaging di Kudus lebih banyak menggunakan kerbau ketimbang sapi. Mengapa demikian, ya karena sapi dikeramatkan umat Hindu ketika itu. Untuk penghormatannya maka daging sapi diganti dengan daging kerbau.
Jadilah soto kerbau atau sate kerbau atau tongseng kerbau yang sampai sekarang ya hanya dapat ditemui di kota yang juga terkenal sebagai kota rokok kretek tersebut.
Saat ini bisa saja menu kerbau di kota lain, khususnya yang ada warga Kudus di sekitar situ. Namun kalau mau yang khas sambil jalan-jalan dengan tetap protokol kesehatan, datang saja ke Kudus.
Di bulan Desember, kota ini sering disebut dalam nyanyian Kristiani: Malam kudus......... sunyi senyap............. dst................
Begitu sepintas cerita mengapa Kudus tidak ada menu sapi, ketika itu. Kalau sekarang bisa jadi sudah banyak menu sapi. Namun kalau ke Kudus, lebih enak mencoba menu kerbau. Jangan membayangkan kerbau yang sedang berkubang di lumpur ya.....
Rasakan sensasi daging kerbau yang saya pernah mencoba kok ya ada anehnya gitu.
Yang jelas kerbau juga halal sepanjang disembelih dengan cara halal pula.