Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Scopus Masih Penting?

20 Mei 2021   18:03 Diperbarui: 21 Mei 2021   04:36 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era sekarang adalah digitalisasi semua bidang dan kebijakan nasional seakan diarahkan kepada banyak pendidikan vokasi serta terapan lainnya. Sementara itu bahwa hasil riset masih perlu untuk terus dipublikasikan dengan jurnal yang diakui oleh organisasi bereputasi internasional seperti scopus.

Scopus menawarkan fitur gratis untuk pengguna yang tidak berlangganan dan tersedia melalui Pratinjau Scopus. Peneliti dapat menggunakan Pratinjau Scopus untuk membantu penelitian mereka, seperti mencari penulis, dan mempelajari lebih lanjut tentang cakupan konten Scopus dan metrik sumber.

Scopus adalah database abstrak dan kutipan terbesar dari literatur peer-review: jurnal ilmiah, buku dan prosiding konferensi. 

Memberikan gambaran menyeluruh tentang hasil penelitian dunia di bidang sains, teknologi, kedokteran, ilmu sosial, serta seni dan humaniora, Scopus menghadirkan alat pintar untuk melacak, menganalisis, dan memvisualisasikan penelitian.

Dengan bergabungnya Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi maka menjadi pertanyaan penting apakah scopus masih terus dianggap penting?

Dan sampai saat ini masih terus dianggap penting meskipun ada risiko bahwa publikasi berafiliasi ke scopus adalah identik dengan skema biaya tertentu. Meskipun saat ini ada insentif bagi kalangan dosen penulis scopus, namun skemanya seakan "reimburse" dan tidak selalu riset ini dianggap penting. 

Sebagaimana situasi STIAMAK Barunawati Surabaya yang fokus kepada studi logistik dan manajemen bisnis kepelabuhan. Untuk memenuhi standar kualitas dalam bidang riset, mau tidak mau juga berusaha keras meningkatkan program penelitian dengan rumpun ilmu manajemen, administrasi bisnis, dan studi lain terkait pelayaran logistik kepelabuhan.

Untuk menunjang lintas disiplin keilmuan, Stiamak juga menjalin kerja sama dengan semua pihak terutama universitas baik di dalam maupun luar negeri.

Sementara untuk program vokasi dan kedekatan dengan dunia industri, justru Stiamak sudah selangkah lebih maju karena nge-link secara langsung dengan dunia industri pelabuhan dengan jangkauan khusus di 7 provinsi yakni jatim jateng kalteng kalsel bali ntt ntb.

Sebaran mahasiswa alumni bahkan dari Aceh sampai ke Papua. 

Barangkali yang juga tidak kalah penting adalah sudah saatnya kesejahteraan dosen ditingkatkan, sehingga kemandirian dalam penulisan jurnal maupun riset juga akan semakin baik.


Semoga semakin maju Indonesiaku mu kami kita semua. (20.05.2021/Endepe) 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun