Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anonimitas Timbulkan Agresivitas Media Sosial

6 Mei 2021   19:15 Diperbarui: 6 Mei 2021   19:54 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kancah psikologi sosial dikenal adanya frasa in group dan out group. Frasa ini akan mendikotomikan publik dalam 2 kelas ekstrim: temanku, dan musuhku. 

Temanku berarti ia ada dalam kelompok yang sama, in group, dan biasanya di media sosial orang yang in group akan nge-like tanpa pernah peduli apa konten status atau bunyi statemen di medsos tersebut. Pokokmen koncoku sing penting ta like, tersebut trust based relationship.

Hal yang beda dengan apa yang disebut sebagai outgroup, misalnya grup kadal gurun (kadrun) vs babi gurun (badrun), atau cebong versus kampret, dan sebutan lain yang menunjukkan adanya outgroup yang "harus dimusuhi".

Jadi dalam medsos sangat gampang ditebak mana yang pro atau in group, mana yang kontra atau ut group.

Nah, dalam rangka operasi penyamaran dengan sedikit ditambahi halusinasi dan delusi, maka tampillan apa yang dinamakan anonimitas. 

Anonim Deindividuai Agresivitas 

Kondisi anomim dapat dijelaskan dalam proses penghilangan jati diri atau deindividuai. Deindividuasi adalah keadaan dimana seseorang kehilangan kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan kehilangan pengertian evaluative terhadap dirinya(evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu. 

Orang tanpa jati diri, akan membaur ke kelompok dalam hal ini media sosial, seakan tidak ada jati diri, dan akhirnya cenderung agersif, enak ringan menyampaikan caci maki, karena terpancing oleh kelompok yang juga melakukan hal sama. 

Deindividuasi adalah bentuk pengekangan perilaku yang diinginkan individu, tetapi bertolak belakang dengan norma sosial. 

Teori ini juga menegaskan bahwa menyatunya individu terhadap kelompok membuat individu kehilangan identitas diri yang berakibat seseorang berperilaku agresif atau menyimpang dari perilaku sosial. 

Misalnya ada orang berkomentar: Pasti kamu cebong/kampret.

Maka lantas ada hujatan: dasar cebong/kampret.

Lantas akan tergiring replying yang mengarah kepada "pengeroyokan" atas orang yang dianggap out group, dan pelaku agresif biasanya kalau dilacak ke profilenya, saya pernah melacaknya, memang bukan dengan nama atau jati diri sebenarnya.

Deindividuasi berfokus pada bagaimana anonimitas memberi pengaruh negatif pada perilaku sosial individu. BAnyak ahli psikologi menyatakan kalo kondisi anonim menyebabkan seseorang dapat kehilangan kesadaran sosialnya sebagai individu. Apalagi di era medsos, jati diri senagja dihilangkan oleh pelaku, bahkan ada yang mendesain untuk "menimbulkan kekacauan medsos" dengan target-target tertentu. 

"Kehilangan kesadaran" ini adalah elemen kunci yang menyebabkan deindividuasi pada diri seseorang.

Deindividuasi merupakan tahap psikologis yang ditandai oleh hilangnya self-awareness dan berkurangnya ketakutan individu karena berada dalam kelompok.  Ini sama situasinya ketika individu ada dalam kerumunan massa, maka jati diri hilang dan diri larut ke dalam massa. 

Massa saat ini berubah menjadi medsos, dan setiap pancingan akan berbuntut kepada respon-respon agresif. 


Hal ini sesuai dengan prosesi deindividuasi terjadi ketika seseorang melakukan tindakan anti sosial yang tidak diinginkan karena ketertarikan individu dalam kelompok. Jadi kata kuncinya adalah deindividuasi adalah hilangnya kesadaran diri dan pengertian evaluatif diri sendiri yang terjadi di dalam situasi kelompok, di mana hal tersebut membantu perkembangan baik atau buruknya norma kelompok.

MEDSOS ADALAH RIMBA 

Dapat dikatakan media sosial adalah rimba belantara sosial, sehingga memang ada sebagian orang yang melindungi privacy dengan anonim atau menghilangkan jati diri. Namun di sisi lain, anonimitas menimbulkan agresivitas karena hilangnya jati diri.

Maka yang paling penting bagi kita: menyadari diri sendiri sedang berada di mana dan bagaimana posisi di antara komunitas.

Selama kontrol diri kuat, maka risiko hanyut dalam agresivitas akan dapat dikendalikan.

Jika tidak, ada risiko hukum yang memungkinkan seseorang terjerat hukum. Bahkan sekarang bukan saja kita yang gentayangan di dunia maya media sosial, aparatur pun juga sibuk patroli di dunia maya. 

Media sosial sudah menjadi dunia nyata di dunia maya. (6.05.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun