Misalnya ada orang berkomentar: Pasti kamu cebong/kampret.
Maka lantas ada hujatan: dasar cebong/kampret.
Lantas akan tergiring replying yang mengarah kepada "pengeroyokan" atas orang yang dianggap out group, dan pelaku agresif biasanya kalau dilacak ke profilenya, saya pernah melacaknya, memang bukan dengan nama atau jati diri sebenarnya.
Deindividuasi berfokus pada bagaimana anonimitas memberi pengaruh negatif pada perilaku sosial individu. BAnyak ahli psikologi menyatakan kalo kondisi anonim menyebabkan seseorang dapat kehilangan kesadaran sosialnya sebagai individu. Apalagi di era medsos, jati diri senagja dihilangkan oleh pelaku, bahkan ada yang mendesain untuk "menimbulkan kekacauan medsos" dengan target-target tertentu.
"Kehilangan kesadaran" ini adalah elemen kunci yang menyebabkan deindividuasi pada diri seseorang.
Deindividuasi merupakan tahap psikologis yang ditandai oleh hilangnya self-awareness dan berkurangnya ketakutan individu karena berada dalam kelompok. Ini sama situasinya ketika individu ada dalam kerumunan massa, maka jati diri hilang dan diri larut ke dalam massa.
Massa saat ini berubah menjadi medsos, dan setiap pancingan akan berbuntut kepada respon-respon agresif.
Hal ini sesuai dengan prosesi deindividuasi terjadi ketika seseorang melakukan tindakan anti sosial yang tidak diinginkan karena ketertarikan individu dalam kelompok. Jadi kata kuncinya adalah deindividuasi adalah hilangnya kesadaran diri dan pengertian evaluatif diri sendiri yang terjadi di dalam situasi kelompok, di mana hal tersebut membantu perkembangan baik atau buruknya norma kelompok.
MEDSOS ADALAH RIMBA
Dapat dikatakan media sosial adalah rimba belantara sosial, sehingga memang ada sebagian orang yang melindungi privacy dengan anonim atau menghilangkan jati diri. Namun di sisi lain, anonimitas menimbulkan agresivitas karena hilangnya jati diri.