Sebab Candi ini adalah terbesar di dunia. Saya tertegun dan membenarkan, seandainya semua umat Budha diarahkan ziarah minimal 1 tahun sekali ke Candi Borobudur, maka akan ada puluhan juta wisatawan religi yang mendatangi Candi Borobudur.
Nah, itu baru wonderful Indonesia, di mana venue Budha diproteksi negara dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi antara muslim, Kristian, katolik, hindu, budha, dan lainnya.
Aliran kepercayaan juga yang tidak punya tanah suci, bisa diarahkan ke Borobudur. Wonderful Indonesia, sound of Borobudur, akan menjadi ikonik dan masyhur ke penjuru dunia. Dan dalam bentuk konkret, akan menggerakkan ekonomi rakyat seputar Borobudur termasuk bisnis penerbangan, travel agent, housing dan hotel, restaurant, dan lain sebagainya.
Itulah music yang sebenarnya: tarian toleransi yang mengemuka dan menggerakkan ekonomi kongkret.
Sampai saat ini, pengunjung terbesar Borobudur tetaplah masyarakat local yang kebanyakan adalah muslim. Belum didesain sebagai objek religi meskipun kadang ketika peringatan Waisyak, ada juga yang menjalankan prosesi di Borobudur.
Namun hanya satu dua orang saja, bukan massal dengan jumlah ratusan ribu atau bahkan jutaan sebagaimana orang berhaji di Mekah Arab Saudi bagi muslim.
Namun tantangan tersendiri sekarang, bagaiamana menggerakkan wonderful Borobudur dengan ketat protocol kesehatan. Pasti harus bisa.... Mengapa tidak?
Majulah Borobudur, majulah negaraku dengan keragaman yang menyatu dan toleransi yang semakin tinggi. (6.05.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H