Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Geng Sekolah Setelah Puluhan Tahun Lulus

2 Mei 2021   10:02 Diperbarui: 2 Mei 2021   10:34 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
geng begini cenderung destruktif (antaranews.com)

Bicara geng sekolah biasanya berbicara masalah kelompok-kelompok siswa dengan segala atribut kebanggaannya. Saya masih ingat ketika smp di periode tahun 1984-an, di mana ada dua kelompok besar geng. 

Geng anak kota yang relatif solid dan bersuara lantang serta sangat percaya diri. Geng kedua adalah geng anak dusun yang terpecah dalam banyak fragmen karena memang tidak menyengaja menjadi gap atas "kehebatan" geng anak-anak kota.

Namun geng akan terpecah lagi berdasarkan asal usul SD nya dari mana. Hebatnya, sebelum UFC atau MMA digelar, geng-geng ini sering mengajak duel di belakang sekolah. Kayak carok tapi tanpa clurit. Utusan geng dikepung untuk diadu, dan biasanya akan bubar ketika pak guru tahu dan menuju belakang sekolah untuk membubarkan duel tersebut.

Yang melaporkan ke guru lantas dimusuhi. Biasanya yang lapor adalah siswi yang takut anggota geng pada mati berkelahi, namun geng tersbeut asyik berduel tangan kosong di tengah timpuk sorak saling mendukung. Kalau ada preman yang jengkel biasanya anak-anak geng krucil esempe yang sok jago tersebut sama premannya malah ditantang kelahi dan atau malah dikasih pisau atau arit supaya kelahinya lebih serius.

Dan malah geng kelahi justru bubar. Itu dulu lho.. kalau sekarang mungkin jadi kelahi beneran.

Preman jaman doeloe saja jengkel lihat geng esempe yang sok-sok jagoan duel di belakang sekolah. Kalau preman sekarang ya mungkin malah sekalian dipinjami senpi biar bedil-bedilan sisan.

Beda Dulu Beda Sekarang 

Sebenarnya geng-geng usia esempe itu sifatnya juga hanya spontanitas terangsang heroisme remaja awal di usia belasan tahun di bawah 15 an tahun. Semua pingin menjadi pemenang dan pingin menundukkan kelompok lain. 

Sekarang geng bisa sangat serius karena menewaskan anggota geng yang lain. Dah masuk dalam kriminal anak, yang akhirnya pelaku dikrangkeng di penjara dan tumbuh jadi preman beneran. Madesu alias masa depan suram. 

Nah kalau geng spontan yang sebenarnya ya hanya guyon tapi sok-sokan, akhirnya lupa saja peristiwa geng semasa esempe. Lha juga hanya guyon bukan serius. Malahan ada korban-korban geng yang dulu sering dibully, eh besarnya malah jadi marinir atau polisi. Yang membully malah jadi orang yang tidak jelas.


Namun namanya pesahabatan pertemanan, ya tetap bersahabat tidak ada dendam. Namanya juga anak-anak, ketika dewasa ya saling memaklumi dan malah tertawa-tawa. Teman saya sampai ada yang dipanggil "Cumplung", karena kepada plontos kayak buah kelapa yang dikupas ketika esempe dulu. Lha besarnya malah jadi polisi, alhamdulillah kok mas cumplung ini baik hatinya,tidak dendam di masa lalu. Jadi malah bersahabat semedulur bersama teman esempe ketika reunian, dan tertawa-tawa mengingat masa lalu yang ketika di masa itu bisa jadi menyakitkan. 

Ya itu cerita geng cowok-cowok. Kalau geng cewek-cewek, waduh gak tahu juga gimana ya.. biasanya ngegenk dengan kelompok minat misalnya sama-sama ekskulnya karawitan, atau sama-sama alumnus SD yang sama. 

Reuni esempe saling silaturahim (dok Gembul) 
Reuni esempe saling silaturahim (dok Gembul) 

Sekarang, geng sekolah saya malah semangkin rukun setelah puluhan tahun lulus dan fokus ke aktivitas filantropis. Bakti sosial, silaturahim, berbagi ilmu lewat webinar, saling mendukung untuk hidup yang lebih migunani tumraping liyan.

Geng jaman doeloe menjadi cerita pelengkap perjalanan hidup. Sebagian jagoan geng di masa lalu ada yang wafat karena pandemi, atau peristiwa lain, kami saling mengirim doa agar semua husnul khatimah. 

Alhamdulillah kisah geng masa lalu akan semakin lewat digantikan dengan kesibukan bagaimana hidup lebih bermakna dengan saling bantu kepada sesama.

Selamat menjalankan Ramadhan. (02.05.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun