Ada banyak pengalaman unik ketika masih kanak-kanak. Terutama ketika masa usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Agak sayang juga, sebagian waktu terbuang percuma dengan kegiatan kosong karena hidup di tengah masyarakat petani desa. Mau ikut bertani rasanya tidak kuat, mau ikut kegiatan lain tidak punya biaya. Akhirnya cari cara-cara sendiri untuk mengisi waktu kosong terutama liburan puasa ketika itu.
(1) Jalan kaki ke Parangtritis hingga tertidur di pinggir jalan
Ini pengalaman yang tidak mungkin terlupakan. Kaki saya masih terasa pegal jika mengingatnya. Hari pertama puasa, di era tahun 1980-an. Bakdo subuhan di masjid dusun, ngobrol jalan-jalan seputaran desa.
Biasanya kelaziman ketika itu, bakdo subuhan itu jalan-jalan dengan tetap mengenakan sarung, atau mukena bagi gadis-gadis desa. Kadang saling menggoda atau bercanda.
Nah, kok ya tiba-tiba ada ide "bagaimana kalau kita jalan kaki ke parangtritis menyusuri pinggiran Sungai Opak?"
Begitu ide seorang teman. Kok ya pada mau juga. Begitu jalan, tidak terasa karena pagi yang sejuk. Ditimpuk suara bambu pinggiran Kali Opak. Kami menyusuri lewat tanggul atau jalan setapak di pinggiran sungai besar itu. Tahu-tahu kami sudah di daerah Kretek Bantul dari arah kawasan Jetis Bantul.
Jaraknya ternyata kalao di maps gak terlalu jauh sih, hanya sekitar 13 kilometeran. Namun kalau pp ya menjadi 26 kilometer. Dan waktu itu saya masih usia SD, masih ingusan dan ingah-ingih. Apalagi kondisi berpuasa. Rasanya capek sekali ketika balik pulangnya.
Sesampai di desa Jongrangan, saya melihat hamparan rumput di pinggir jalan. Sudah hampir sampai arah balik ke dusun saja. Namun saya lelah sekali. Maka saya melihat rumput di pinggir desa, seperti melihat kasur yang empuk. Saya pun duduk dan mencoba berbaring hingga terlelap sekejap. Teman-teman saya sudah tidak jelas rombongan yang tadi ber 10 tinggal kelihatan satu dua orang. Maka saya tertidur di pinggir jalan itu.
Hingga ada seseorang yang membangunkan saya.
Saya jadi sangat gembiraaaa.... ternyata Bapak saya yang menjemput saya dengan sepeda onthel tua. Alhamdulillah.... akhirnya saya bisa pulang dengan membonceng Bapak. Masih ingat, padahal peristiwa itu sudah hampir 40 an tahun yang lalu.