Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Binatang Buas Tanda Ekosistem Masih Utuh

9 April 2021   21:15 Diperbarui: 9 April 2021   21:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertemu Kin Kobra (Foto: Fery Lens) 

Mungkin ada pernyataan yang mengagetkan bagi yang belum paham. Bahwa semakin banyak binatang buas ditemukan, berarti ekosistem alam dan habitatnya relatif masih utuh. 

Dan semakin jarang ditemukan binatang buas, berarti sumber makanan binatang habis, ekosistem rusak, atau manusia menjarah terlalu jauh masuk hutan.

"Maka kami secara reguler menjalankan ekspedisi hutan di tengah malam, untuk meninjau langsung dan monitoring situasi alam, "kata Fery Lens, aktivis lingkungan hidup dari Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia, di Banjarmasin (9/04/2021).

Bersama dengan kolega dari Australia, ekpedisi dilaksanakan dengan hati-hati karena sangat mungkin binatang buas ada di sekitar observer.

"Memang risiko menjalankan ekspedisi seperti ini adalah safety, high risk, sehingga tim harus terlatih dan terbiasa menghadapi situasi alam ganas alam natural, alam yang masih asli, "imbuh Fery Lens yang juga fotografer handal di bidang alam lingkungan.

Bertemu Kin Kobra (Foto: Fery Lens) 
Bertemu Kin Kobra (Foto: Fery Lens) 

Malam itu mereka masuk ke dalam hutan Meratus, kawasan yang masih dihuni Dayak Meratus dan alam yang terproteksi dengan baik. Bertemu dengan king kobra, katak yang bernyanyi nyaring ditimpuk suara serangga malam, juga aneka jamur atau serangga yang hanya ditemui di hutan.

"Bahkan saat ini banyak generasi muda yang tidak pernah bertemu kunang-kunang, padahal binatang ini eksotik karena memiliki lampu alamiah di punggungnya, "kata Fery Lens.

Jangan dibunuh, lindungi dia di habitatnya (Foto: Fery Lens) 
Jangan dibunuh, lindungi dia di habitatnya (Foto: Fery Lens) 

Bagi yang tertarik sesekali turut dalam ekspedisi ngeri ngeri senang ini, silakan menghubungi Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (bekantan.or) di Banjarmasin. Dijamin tidak menyesal karena akan punya pengalaman seperti dalam dunia National Geographic Channel. 

Seumur hidup, sekali-kali masukila dunia alam yang asli di habitat liarnya. Pasti harus banyak berdoa dan paham safety serta evacuation, sebab ada risiko yang perlu dipalajari dan diantisipasi. (09.04.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun