Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nyamikan Kupi Jadah Tempe Temonjo

30 Maret 2021   21:54 Diperbarui: 1 April 2021   03:52 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajian eksotik (Foto: Ki Bekel Eko)

SInten teksih eling naliko jaman semono? Siapa yang masih ingat ketika jaman dahulu kala? Nyamikan alias snack Jawa Kuno yang masih saja ada dan tetep maregi, bikin kenyang. Dan disajikan dengan eksotik. Ajang atau piring kaleng, gelas kupi yang kecil kenthel dan pahit nyethek, pahit  sekali. Tapi inukk bangedd. Jadah alias nasi ketan yang dipulen, menjadi teman yang dahsyat dengan tempe bacem goreng.

Disajikan sedikit saja. Kalau kebanyakan jadi kekenyangan, bahkan hanya dengan melihat saja. Jadah alias ketan pulen enak gurih karena dimasak dengan santan atau kelapa. Liat lengket, dipilin-pilin cuilan kecil, lantas disusupkan ke mulut, disusul dengan gigitan tempe bacemnya. Manis gurih menyatu, dan lunak engket manis enak di lidah. Ada juga yang model jadah menjepit tempe, semangkin maknyus..

Namun kalau gigi sudah ada yang  tanggal alias ada yang palsu, hati-hati menggigitnya. Gigi bisa katut alias nempel di ketan jadahnya. 

"Pokokmen menu ini sangat warbiyasah dan ngangeni, "kata Ki Bekel Eko Winardi, seniman yang kesehariannya menyamar sebagai petani dengan olahan sawah kebun yang sangat luas. Ki Bekel ini jika pas ada musim tanggapan, ikut dalam drama atau panggung sandiwara seniman ala Kyai Kanjeng atau pun sampakan Teater bersama Den Baguse Ngarso, Nyi Beruk, dan lain sebagainya.


Di sampingnya tampak Ki Agnes Yani Sardjono alias Ki Budi Sardjono, novelis yang sedang giat riset mengenai Ki Ageng Wonoboyo Mangiran.

"Pun, meniko saestu eco, menawi ngersakaken, monggo mundhut wonten jadah tahu tepe wajik bacem, Mbah Carik di jalan Kaliurang, "ujar Ki Budi Sradjono sambil manggut-manggut menggigit jadah lengket gurih nikmat tersebut.

Loh malah promosi jadah mbah Carik di Jakal Yogya. 

Bagaimana kalau jalan-jalan ke Nganjuk Jawa Timur? Pecel nganjuk adalah yang istimewa.

"Tapi saya suka dan inginnn sekali lele pecel Nganjuk, "kata Drs. Mudayat Haqi, MM, Kepala Bagian Kemahasiswaan STIAMAK Barunawati Surabaya yang bersahabat akrab dengan masyarakat Nganjuk. Selepas Diklat Jurnalistik di Nganjuk, Pak Mudayat ini masih kangen dengan pecel lele yang ternyata di Surabaya lho banyak.

"Walah Pak Mudayat.. ndik Suroboyo lak akeh tah.. adoh adoh ndik Nganjuk nggoleki kok yo pecel lele, "sahut Drs. Soedarmanto MM, Wakil Rektor I BIdang Akademik STIAMAK yang juga hobi kulineri.

Pun sampun bapak bapak... monggo setirohat rumiyin samangke madose daharan eco malih. Sameniki sawek rerembagan daharan Jogja niki kopi dan jadah tempe becam lho nggih.. 

Nggih.. selamat menikmati sederek sederek sedoyo.... (30.03.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun