Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hidupku Penuh Keajaiban (01)

10 Maret 2021   06:45 Diperbarui: 10 Maret 2021   07:44 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapa sangka saya bisa ke sini (Dokpri) 

Hidup adalah keajaiban. Saya merasa sangat beruntung dalam hidup ini. Saya ingin terus bersyukur, dan mencoba menebar kebaikan meski hanya lewat tulisan. Juga berusaha kebaikan yang lain. Semoga dimampukan terus oleh Tuhan. 

Sungguh Maha Ajaib Tuhan Pencipta semua kehidupan dan kematian. Rasionalitas nalar manusia, bisa ditimpuk banyak irasionalitas hidup  karena memang manusia hanya makhluk dan Allah Maha Perkasa.  Kelak saya ingin berpulang dengan  peluh syukur dan mulut berdzikir selalu kagum terhadap Kemahabesaran Allah SWT.

Tidak mengira, kelak saya yang jalan kaki sekolah di SD di pelosok desa, bisa jalan-jalan sampai ke Belanda dan Eropa lainnya, hanya berbekal doa dan pengharapan. Bersekolah juga pastinya, dari sisi rasionalitas. Namun dari sisi irasionalitas, banyak yang lebih pandai secara akademik dari saya, namun belum tentu bisa jalan-jalan jauh ke jantung peradaban dunia di masanya. Madurodam, kisah yang diwartakan oleh guru SD saya, akhirnya kelak kemudian hari, terbukti bisa saya kunjungi. Saya bersyukur selalu. Dan masih banyak lagi nikmat hidup yang saya rasakan. 

Bahkan anak saya juga dapat mengikuti program pertukaran pelajar, sampai stay di Belanda juga. 

Masa kecil ada juga kisah duka, namun semua tinggal cerita. Berganti dengan bahagia dan penuh syukur tanpa batas. 

Saya semakin mengerti mengapa Bapak Jacob Oetama mengatakan ini: Syukur Tiada Akhir

Saya agak berderai air mata menuliskan bagian akhir artikel ini. Saya pun ingin selalu bersimpuh ke hadirat Ilahi, syukur kami tidak ada akhir. Kami akan berpulang kepada Engkau Wahai Allah  Pencipta semua makhluk, yang mengasihi tanpa ukuran. 

Hidup adalah keajaiban. (10.03.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun