Innalilahi wainnalilahi rojiun. Telah meninggal dunia, maestro Palamutan Banua, Gusti Jamhar Akbar (80 tahun), Minggu (28/2/2021) pukul 05.30 Wita. Kabar duka diinformasikan anak penuh beliau, Gt Pansurna 07.30 Wita.
Berita ini saya terima dari laman FB sahabat saya di Banjarmasin, Pak Syaiful Anwar yang juga jurnalis Banjarmasin Post. Di tengah pandemi yang masih menggigit, dan ketika jagad seni semakin sedikit generasi penerus yang menekuninya, berita ini cukup mengagetkan dan menimbulkan duka. Pak Syaiful Anwar saja juga merasa kaget, karena tiga hari sebelumnya sempat telpon-telponan berkomunisi mengenai seni langka ini.
Bahkan, apakah panjenengan mengenali apa itu palamutan?
Palamutan berasal dari kata balamut, nama seni khusus dari Banjarmasin.
Kesenian Balamut merupakan sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial, khususnya terkait dengan budaya Banjar. Kalau di Jawa Timur, ada istilah parikan, namun parikan tidak menggunakan alat musik. Sedangkan Palamutan ini, menggunakan tambur atau kendang satu sisi, terbang, atau apa ya nama di daerah panjenengan gaesss....?
Balamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau Cianjuran. Jadi petambur adalah orang yang menabuh tambur, palamut adalah pencerita yang berkisah-kisah sambil menabuh tambur atau terbang atau kendang satu sisi itu.
Bedanya dengan wayang atau Cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi.