Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Singosari Kerajaan di Malang yang Melintas Sumatra

28 Februari 2021   09:42 Diperbarui: 28 Februari 2021   09:48 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang jaman Majapahit (Foto: intisarigrid.id)

Jangan lupa daratan, menjadi slogan yang sangat populer bagi khasanah bahasa sastra Indonesia. Artinya jangan lupa diri. Dengan tafsir lain, berarti semasa itu kelaziman bagi rakyat Nusantara adalah berkelana ke laut, samudera, untuk mencapai kejayaan. Sangat kontras dengan sekarang yang justru sebagian besar rakyat malahan lupa lautan. 

Seperti cerita Singosari, saat ini masih eksis kotanya ada di zona Malang Jawa Timur. Kalau kita naik tol Surabaya - Malang, Singosari bahkan menjadi salah satu pintu keluar tol. Sehingga, kita tidak akan kesulitan mencari situs kota bekas kerajaan terkenal di jamannya, Kerajaan Singosari Raya Nusantara.

Sebuah Kerajaan di Jawa Timur ini lazim dikenal sebagai kerajaan bekas kecamatan Tumapel, dan didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M dan berakhir pada sekitar tahun 1293 M. Keng Arok, atau Ken Angrok, bekas garong perompak yang memperistri permaisuri Akuwu Tunggul Ametung, dikisahkan dalam Kitab Pararaton. 

Kitab yang menjadi kontroversi, karena pengarangnya tidak ada. Bahkan menurut beberapa hali sejarah, Pararaton itu bernada romantisme bualan supranatural, yang dikesankan semua sejarah kerajaan besar Singosari dilatarbelakangi oleh konflik berdarah yang tidak ada kaitannya dengan teknologi kepemimpinan maritim dan nalar politik ekspansionisme untuk menyatukan Nusantara.

Ilustrasi perang jaman Majapahit (Foto: intisarigrid.id)
Ilustrasi perang jaman Majapahit (Foto: intisarigrid.id)

Bahkan ada yang menuduh, bahwa Kitab Pararaton yang dikesankan Ken Angrok adalah kakek moyang Kerajaan Majapahit, adalah perompak sehingga anak turun Majapahit tidak lebih dari keturunan perompak. Artinya Pararaton adalah sebuah konspirasi literasi untuk menjatuhkan rekam jejak kakek moyang kerajaan Majapahit.

PENUTURANNYA yang penuh mitos membuat Serat Pararaton banyak yang menyangsikan sebagai sumber sejarah. Namun, sejauh ini Pararaton masih belum tergantikan sebagai sumber penting yang mengungkap kondisi sosial, teruatama era Ken Angrok. Keng Anrok menjadi figur dominan dalam Kitab Pararaton, dengan derajat validitas yang sangat jauh di bawah Kitab Nagarakartagama yang isinya dapat dikonfirmasi dalam banyak situs candi dan artfeka lainnya.

Kalau Kakawin Nagarakrtagama yang ditulis Mpu Prapanca, sedangkan Kitab Pararaton yang tak diketahui siapa penulis juga meriwayatkan era Singhasari hingga Majapahit. Tepatnya dimulai pada masa Ken Angrok, abad ke-13 sampai ke-14. Bahasannya, Jawa Madya.

Sejarawan R. Pitono Hardjowardoyo mengatakan jika dibandingkan dengan Nagarakrtagama, maka isi Pararaton lebih beragam terutama ditinjau dari sudut sejarah kebudayaan. Hal ini menjadi kelaziman bahwa para ahli sejarah, Nagarakrtagama lebih bisa dipercaya daripada Pararaton. 

Bahkan peneliti sejarah Jawa Kuno asal Belanda, C.C. Berg, juga menjadi salah satu dari sekian banyak ahli sejarah yang skeptis pada Pararaton. Terutama pada bagian awalnya yang tak jelas mana yang fakta dan mana yang khayalan. Dia berpendapat teks Pararaton secara keseluruhan lebih bersifat supranatural dan bukan berdasarkan kejadian sejarah.


EKSISTENSI SINGOSARI

Namun demikian, bagaimana dengan eksistensi Singosari? Kalau ini, benar adanya. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharadiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Raja Kertanegara ini sangat terkenal, karena sempat melukai utusan dari Kerajaan Ekspansionis Dunia ketika itu, Mongol Raya. 

Kertanegara juga mengirimkan ekspedisi Pamalayu, yang intinya mengarungi samudera ke arah barat utara, siap bertarung dengan dominansi Kerajaan Sriwijaya, dan hasrat menyatukan Nusantara di bawah kejayaan Singosari.

Raja Kertanegara berniat untuk menaklukkan Kerajaan Melayu Dharmasraya di Sumatera, yang mana kerajaan ini adalah penerus Kerajaan Sriwijaya.

Sebagaimana diketahui, Kerajaan Melayu ini selain penerus Sriwijaya, juga bersekutu dengan Mongol dalam pengusaan jalur perdagangan laut di jaman itu. Penaklukkan ini dilakukan supaya Mongol tidak bisa menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka yang dapat membuat keadaan ekonomi Kerajaan Singosari hancur. Jalur laut yang diteruskan jalur Sungai Brantas sampai ke jantung Singosari di Malang, perlu diperkuat dengan penguasaan jalur laut ke arah perairan utara barat sampai ke India.


Hubungan antara Raja Kertanegara dan Kubilai Khan memang tidak baik, itu kata sebagian ahli sejarah. Kenyataannya memang hal wajar antara para penguasa untuk saling ingin menguasai, dan kerajaan Khubilai Khan ketika itu memang sedang berhasrah menguasai dunia dengan mengirim bayak tentara ke arah timur yakni Nusantara, ke arab Barat yakni Eropa, ke arah utara yakni kawasan sekitar Rusia. 

Beberapa kali Kubilai Khan berusaha membuat Kertanegara tunduk, namun upayanya selalu gagal. Cerita ini juga ada dalam Pararaton, yang kalau kita curiga atas misi penulisnya, dikisahkan sejarah konflik antara Singosari - Melayu, dan Singosari - Mongol.

Bagaimana dengan kebenaran kisahnya?

Yang jelas situs ada, namun kisah bercampur antara realita dengan mitologi.

Saya yang tertarik adalah pada kenyataan lain, lokasi Singosari berada di selatan Jawa Timur, Kota Malang. Sementara pelabuhan ada di Tajung Perak, Surabaya, berjarak sekitar 87 km dengan lewat tol sekitar 1 jam 7 menit. Ini posisi Februari 2021 lho ya..

Jarak Tanjung Perak - Malang sekitar 98 km. Dipastikan pada tahun 1268 - 1292, jalan tol itu masih berupa hutan alas gung liwang liwung. Jadi satu-satunya jalan mulus adalah aliran Sungai Brantas, yang mengalir sampai ke samudera teluk Madura ya di Tanjung Perak.

Mengalir jauh melintasi 17 kabupaten/kota, Sungai Brantas menjadi kebanggaan Jawa Timur. Konservasi Arboretum Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Batu - ini dulu wilayah Kabupaten Malang sebelum berdiri sebagai Kota Admnistratif, menjadi 'titik nol' berbagai kisah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo ini.


Sebelum bertemu di Selat Madura - sekarang adalah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, air itu mengalir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas seluas sekitar 11.800 km2 atau hampir setara dengan wilayah Jawa Timur seluas 47.157,72 Km2. Jadi Sungai Brantas adalah nadi utama logistik Jawa ketika itu. 

Era banyak sedimentasi dan "pembunuhan" terhadap sungai, peradaban kita manusia yang lupa lautan ini, malah dibuat sibuk dengan jalan darat dan lupa merevitalisasi sungai untuk kejayaan maritim kita. Tapi gimana lagi ya... aliran sungai Brantas betul tidak terselamatkan tinggal sungai-sungai untuk irigasi dan bukan untuk pelayaran komersial. 

STIAMAK BArunawati SUrabaya berusaha mengaktivasi diskusi tentang kepemimpinan maritim ini lewat literasi maupun edukasi, sehingga berdiri IMLI (Institut Maritime Leadership Indonesia), dan FSAI (Forum Sekolah Administrasi Bisnis dan Kemaritiman Indonesia).

Aliran air itu melintasi Kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Nah, di Mojokerto inilah aliran Sungai Brantas mulai membagi diri secara adil menjadi dua bagian. 

Satu cabang sungai mengalir ke Surabaya melewati Kali Mas, dan satu cabang sungai lainnya mengalir ke Kali Porong, Sidorajo, sebelum akhirnya keduanya berkumpul kembali di Selat Madura. Kalimas ini sempat terkenal sebagai Bandar Pelabuhan untuk pelayaran rakyat, yang sekarang pelahan tapi pasti sudah mendekati ajal kematian dilibas teknologi modern pelayaran dan angkutan darat.

Kisah SINGOSARI, adalah tragedi kita bersama di mana kita lupa lautan, dan terlalu cinta daratan. Saatnya membangun kejayaan maritim kita dengan secara bertahap menyadarkan generasi muda untuk setidaknya mulai mencintai lautan, air, sungai, dan peradabannya.

Jalesveva jayamahe. (28.02.2021/Endepe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun