Makan siang di Mokpo itu lauknya beragam. Besar amat porsinya. Namu lauk lebih banyak adanya sayur fermentasi, tahu, rumput laut, kuah, ikan atau daging, dan lain sebagainya. Dan itu untuk per satu orang. Jadi setiap orang akan mendapatkan satu mangkuk nasi, dengan ubo rampe lengkap lauk pauknya. Dan itu akan habis,atau sisa tapi tidak akan disajikan lagi.
Biasanya untuk respek dan penghormatan, tidak ada makanan yang tidak habis. Sebab kalau sampai tersisa, koki kantor akan sedih dan mengejar dengan pertanyaan; "apakah masakan saya tidak enak,mengapa kau sisakan, " dan seterusnya.
Sop diseduh sedikit, dan kalau kaldu masih ada, diminum mangkuk nempel di bibir, sampai bunyi : sluruppp.. sluru.....pp...
Makin berbunyi tanda enak, dan senang terhadap masakan koki kantor.
Dan...................... semua lauk tidak akan disaji lagi. Jadiiii............ rupanya teman Korea saya ketika di Surabaya kaget dengan sajian masakan Padang, disebabkan dia tidak menyangka bahwa lauknya adalah "bekas sajian orang lain".
Bagi dia, lauk yang diambil lagi dan dipanasi, adalah lauk bekas.
Karena menu makan siang di Mokpo, menu harus habis dan tidak boleh tersisa.
Paham gak gaesss... kisah ini? Selamat berkarya................ coba menu Korea ya asal yang halal bagi yang muslim. Koki kantor di Mokpo juga mencoba komunikasi dengan saya, diterjemahkan oleh kolega kantor Mokpo, dan dia menjamin akan masak menu halal untuk saya.
"Chicken is okayya.. beeff.. is okay yes.... no pork...", katanya sambil senyum dan yakin saya senang. Saya ya pasti senang, sambil bingung karena semua menu saya itu dimasak di wajan yang sama dengan menu pork atau piggy di sana. Waduhhh..... ya sudah saya makan sambil berdzikir minta ampunan....., sedikit atau setetes dua tetes, ada risiko terpercik piggy oil, dan sejenisnya.