Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Narotama, Sang Patih yang Terlupakan

25 Februari 2021   06:02 Diperbarui: 25 Februari 2021   06:34 5107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kuasa Kahuripan Airlangga - Narotama (Foto: idsejarah.net)

Gadjah Mada dapat dikatakan sebagai nama yang besar. Sebesar gambaran fisik yang divisualisasikan gemuk padat bagaikan rajin nge-gym. Berbeda dengan Deputi Raja alias Patih alias Wakil Raja, yang sebenarnya juga punya peran historis dalam sejarah peradaban di Tanah Jawa. Dia adalah Mpu Narotama. Jika Gadjah Mada hidup di era Kerajaan Majapahit tahun 1334 M atau 1258 Caka. Rajanya adalah Hayam Wuruk, dan Gadjah Mada adalah seorang Panglima Perang dan Mahapatih atau Senior Deputi Raja. 

Mpu Narotama, adalah Deputi Raja di Era Raja Airlangga jauh sebelum era Majapahit. Mpu adalah sebutan penghormatan, sebagaimana sebutan untuk Kyai, Almukarom, dan lain sebagainya. Mpu juga digunakan untuk sebutan kreator pembuat keris, misalnya Mpu Gandring yang kesohor sebagai pembuat Keris Gandring yang mampu merontokkan kuasa 7 turunan dalam mitologis Ken Angrok. Mpu Sendok, adalah nama yang juga dikenal sangat ternama dari Kerajaan Medang Kamulan, yang ternyata ada kaitannya dengan Mpu Narotama ini.

Menurut prasasti Pucangan, Airlangga dan Narotama berasal dari Bali. Keduanya datang ke Jawa tahun 1006 M. Jadi diduga Airlangga adalah darah biru keturunan raja di Bali, sementara Narotama adalah keluarga punggawa pengawal keluarga Airlangga yang sangat setia.

Airlangga kemudian menikah dengan sepupunya, yaitu putri Dharmawangsa Teguh. Dharmawangsa Teguh ini masih terkait dengan raja Medang Kamulan, Mpu Sendok. 

Dalam kaitannya ini, Airlangga konon punya ambisi yang besar untuk menguasai tanah Jawa, sehingga berbenturan dengan kuasa politik ketika itu, Sriwijaya dari Palembang. 

Nah, petaka muncul karena tiba-tiba pesta perkawinan diserang mendadak oleh Raja Wurawari dari Lwaram, sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dharmawangsa Teguh tewas dalam serangan itu. Aneksasi mendadak ini memporakporandakan Medang Kamulan, dan Airlangga dikawal Narotama berhasil meloloskan diri ke hutan pegunungan (wanagiri).

Pada tahun 1009 utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali kerajaan wangsa Isyana. Airlangga pun menjadi raja sedangkan Narotama menjabat sebagai Rakryan Kanuruhan. 

Berdasarkan prasasti-prasasti diketahui gelar lengkap Narotama adalah Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narottama Danasura. Nama ini masih ada sampai tahun 1041 (prasasti Pucangan). 

(Sebagai catatan, pada tahun 1812, Thomas Stanford Raffles Gubernur Jendera Hindia Belanda berkebangsaan Inggris, menyerahkan prasasti Pucangan ini sebagai hadiah ke atasannya, Lord Minto, di Kalkuta, India. Prasasti ini kemudian juga dikenal sebagai Colcatta Stone atau Batu Kalkuta. Nama Pucangan terdapat dalam inskripsi ini, menunjuk nama sebuah tempat yang dijadikan tanah perdikan untuk pertapaan di Desa Pucangan, lereng gunung Penanggungan (Pawitra) di Mojokerto. Jadi lebih kuno ketimbang Majapahit yang baru berdiri 10 Noveber 1293 M).

<iframe width="506" height="285" src="//www.youtube.com/embed/bknfFL-8vl0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>Pada tahun 1032 Airlangga didampingi Rakryan Kanuruhan Mpu Narottama dan Rakryan Kuningan Mpu Niti berhasil membalaskan dendam wangsa Isyana dengan mengalahkan Raja Wurawari.

Flashback sejenak, Sejak tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Kalau dari sejarah berdasarkan prasasti dan buku lain, Sri Wijaya ini memang punya pengaruh yang juga besar di berbagai kawasan Nusantara, termasuk tanah Jawa yang ketika itu dikenal sebagai tanah yang subur makmur kabeh barang gampang tinandur, semua tanaman makanan mudah disemaikan di tanah yang penuh dengan subur alamiah dari gunung berapi vulkanik.

Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Sebagaimana diketahui banyak kisah, Wangsa Isyana alias keturunan Mpu Sendok adalah penguasa Medang Kamulan di tanah Jawa.

Usaha ini penuh dengan perjuangan berat, ya namanya perjuangan tidak ada yang mudah, penuh onak duri, darah dan airmata, dan tidak selalu berjalan dengan mulus. 

Airlangga pertama-tama mengalahkan Raja Hasin dari selatan Wengker (sekarang daerah sungai Ngasinan, Kelurahan Kelutan, Trenggalek). Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnu Prabhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula.

Pada tahun 1032 seorang raja wanita dari daerah Tulungagung ("Ratu Lodoyong") berhasil mengalahkan kekuatan pasukan Airlangga, bahkan menghancurkan istana Watan Mas. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala yang tidak lain adalah Narotama. 

Peristiwa ini diceritakan dalam prasasti Terep (1032), Dari sini, ia menyusun kekuatan kembali sambil mendirikan istana baru di Kahuripan. Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan (daerah Sidoarjo sekarang).

Jadi dari kisah-kisah tersebut, Narotama adalah Patih dari Raja Airlangga. Airlangga sendiri dikisahkan mendirikan Kerajaan Kahuripan.

Airlangga dengan Kerajaan Kahuripan, memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Ananta Wikrama Tunggadewa. Nama ini kok kayaknya lebih keren ketimbang nama-nama kita ya gaes..., mereka mbah-mbah itu sudah mengenal rangkaian kata yang indah dipakai sebagai nama.

Sebagai seorang raja, ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri (sampai sekarang masih berdiri dengan nama asli yakni Kediri, Jawa Timur), dan Kerajaan Janggala (sebagian menduga ini di sekitar Mojokerto atau Pandaan) bagi kedua putranya. 

Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia. Narotama, sebagai Deputi Raja memang tidak banyak diungkap dan dikisahkan.

Namun perannya sangat nyata; mengawal mendampingi Raja Airlangga untuk teguh kukuh berkuasa di Kahuripan. Sejarah ini tidak boleh dilupakan, karena hampir semua prasasti kita pun tidak mampu membacanya kan gaesss....., huruf Kawi atau Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta. Bisa jadi sejarah kita juga dibolak balik oleh ahlinya ketika itu, Gubernur Raffless, yang dikenal sebagai penulis buku masyhur: the History of Java.

Mpu Narotama, nama tenggelam di balik nama lain yang mengemuka lainnya. Dan masih perlu diungkap dengan banyak narasi yang ditelisik atas literasi-literasi histori. (25.02.2021/Endepe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun