Flashback sejenak, Sejak tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Kalau dari sejarah berdasarkan prasasti dan buku lain, Sri Wijaya ini memang punya pengaruh yang juga besar di berbagai kawasan Nusantara, termasuk tanah Jawa yang ketika itu dikenal sebagai tanah yang subur makmur kabeh barang gampang tinandur, semua tanaman makanan mudah disemaikan di tanah yang penuh dengan subur alamiah dari gunung berapi vulkanik.
Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Sebagaimana diketahui banyak kisah, Wangsa Isyana alias keturunan Mpu Sendok adalah penguasa Medang Kamulan di tanah Jawa.
Usaha ini penuh dengan perjuangan berat, ya namanya perjuangan tidak ada yang mudah, penuh onak duri, darah dan airmata, dan tidak selalu berjalan dengan mulus.
Airlangga pertama-tama mengalahkan Raja Hasin dari selatan Wengker (sekarang daerah sungai Ngasinan, Kelurahan Kelutan, Trenggalek). Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnu Prabhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula.
Pada tahun 1032 seorang raja wanita dari daerah Tulungagung ("Ratu Lodoyong") berhasil mengalahkan kekuatan pasukan Airlangga, bahkan menghancurkan istana Watan Mas. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala yang tidak lain adalah Narotama.
Peristiwa ini diceritakan dalam prasasti Terep (1032), Dari sini, ia menyusun kekuatan kembali sambil mendirikan istana baru di Kahuripan. Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan (daerah Sidoarjo sekarang).
Jadi dari kisah-kisah tersebut, Narotama adalah Patih dari Raja Airlangga. Airlangga sendiri dikisahkan mendirikan Kerajaan Kahuripan.
Airlangga dengan Kerajaan Kahuripan, memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Ananta Wikrama Tunggadewa. Nama ini kok kayaknya lebih keren ketimbang nama-nama kita ya gaes..., mereka mbah-mbah itu sudah mengenal rangkaian kata yang indah dipakai sebagai nama.
Sebagai seorang raja, ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri (sampai sekarang masih berdiri dengan nama asli yakni Kediri, Jawa Timur), dan Kerajaan Janggala (sebagian menduga ini di sekitar Mojokerto atau Pandaan) bagi kedua putranya.
Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia. Narotama, sebagai Deputi Raja memang tidak banyak diungkap dan dikisahkan.
Namun perannya sangat nyata; mengawal mendampingi Raja Airlangga untuk teguh kukuh berkuasa di Kahuripan. Sejarah ini tidak boleh dilupakan, karena hampir semua prasasti kita pun tidak mampu membacanya kan gaesss....., huruf Kawi atau Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta. Bisa jadi sejarah kita juga dibolak balik oleh ahlinya ketika itu, Gubernur Raffless, yang dikenal sebagai penulis buku masyhur: the History of Java.