Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perang Bubat yang Digugat, Fake History?

21 Februari 2021   08:21 Diperbarui: 21 Februari 2021   08:36 5207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klarifikasi, silakan ke Pak Agus ya... agak njlimet untuk menarasikan di sini. 

(3) Gadjah Mada adalah Intelektual Kerajaan Majapahit 

Sebenarnya Gajah Mada adalah ahli hukum dan intelektual Majapahit yang dihormati dan memiliki banyak karya literasi ketika itu. 

Menurut Pak Agus, Sumpah Amukti Palapa nyaris tidak didukung data yang memadai.  Padahal dalam naskah Negarakertagama justru menyebut wilayah yang jauh lebih luas dari Sumpah Amukti Palapa, sehingga peran Gadjah Mada sebenarnya bukan tipe penakluk, namun lebih sebagai intelektual handal kerajaan. Naskah Negarakertagama, hanya sedikit membahas peran Gajah Mada dalam penaklukan-penaklukan. Kerajaan Majapahit, sudah lebih dahulu berjaya sebelum adanya Sumpah Amukti tersebut.

Lebih lanjut,  Pak Agus mengatakan bahwa justru dalam  data primer berupa Prasasti Gajah Mada yang menguraikan tokoh tersebut dalam penetapan Pembangunan Candi Singhasari untuk memperingati Sri Kertanegara juga tidak pernah dibahas.

Karya besar Gajah Mada dalam menyempurnakan KUHP Majapahit Kutaramanawa Dharmasastra yang menunjukkan Gajah Mada ahli hukum pun tidak pernah disinggung dalam Pararaton. 

Jadi, jika ada friksi besar dengan dikesankan Gajah Mada adalah seorang megalomania di Perang Bubat versi Pararaton, maka ini adalah kesalahan besar. 

Jika ingin bertanya, saya sarankan tetap ke Pak Agus nggih... saya menyajikan sebagai bahan diskusi saja yang lumayan menarik. Bahwa paparan yang setelah diteliti, diduga adalah naskah hoaks, bisa memporakporandakan budaya 2 suku bangsa yang dominan ketika itu.

Masih ingatkah kita terhadap Gubernur Jenderal Raffless,  penguasa Nusantara 1811 - 1819 M, di jamannya yang menulis buku History of Java dan pendiri Negara Singapura?  Warta sebagian mengatakan bahwa ia pernah mengangkut berpeti-peti kitab kerajaan di Jawa dan membawanya ke Inggris untuk dipelajari.

STIAMAK Barunawati Surabaya yang konsen dalam administrasi bisnis, ekonomi kemaritiman, kepemimpinan masa depan, sangat tertarik untuk nantinya menggali diskusi tentang ini mengingat kejayaan Majapahit adalah kejayaan Bisnis Kemaritiman Nusantara, yang dulu kita berkuasa, mengapa sekarang ini kita menjadi terpinggirkan? Mengapa jejak Majapahit hilang ditelan bumi, bahkan orang Mojokerto sebagai bagian dari situs sejarah, saat ini lebih dikenal sebagai wilayah biasa dan bukan sebuah Daerah Istimewa? 

Waduhh... tambah panjang nih ceritanya.. saya berhenti dulu sampai ke simpulan sementara: perang bubat adalah cerita yang dianggap sejarah, informasi tidak bisa dikroscek ke kitab lain, namun telanjur menimbulkan luka budaya. Bahwa berita yang ternyata, bisa jadi, adalah hoaks, ternyata mampu menimbulkan berabad konflik antar suku bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun