Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gus Baha Filsuf dari Pesantren Nahdliyin

12 Februari 2021   18:08 Diperbarui: 12 Februari 2021   18:12 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Baha yang ilmu dalam tapi penuh kelakar (Foto: Kagama.com)

Siapa yang tidak kenal Gus Baha? Berpeci mundur ke belakang, baju putih kadang mbledeh benik yang di atas, memberikan pengajian dengan merujuk kitab dan tiba-tiba bisa memberikan ilustrasi yang membuat tertawa. Padahal materinya serius. Ketika dikatakan bahwa ilustrasi itu serius, audiens malah akan tertawa lebih keras. Bagaikan mendapatkan hiburan di tengah bahan ngaji yang sebenarnya berat. Berat di pikiran. Karena rujukannya kitab-kitab klasik, Itu kalau tidak bisa dikatakan sebagai kitab konservatif.

Gus Baha ini adalah fenomena baru di kalangan Nahdliyin, setelah beberapa waktu yang lalu saya menceritakan tentang Gus Kautsar. Kedua Gus ini dibekali dengan ilmu dan budaya Nahdliyin asli, bukan abal-abal, dan bukan pula tokoh yang suka membuat dengungan. Beberapa ajaran yang bisa kita petik minimal ada 3 hal; 

(1) Lebih baik tidak terkenal dan tidak punya posisi.

Menurut Gus Baha, lebih aman tidak terkenal dan tidak perlu posisi daripada keleluasaan bergerak menjadi dibatasi oleh manusia. Seharusnya hidup manusia diatur dan mengikuti protokol Ketuhanan, dan bukan kemanusiaan. Kalau terkenal dan punya posisi, sikap perilaku malah menjadi sungkan dan pertimbangannya bukan merujuk ke ajaran Tuhan, malah karena sungkan kepada manusia. Ini tidak benar. Yang benar adalah semua sikap dan perilaku kita merujuk kepada bagaimana Tuhan menetapkan aturan. 

(2) Jauhi maksiat, itu sudah cukup.

Ada orang berlebihan dalam menjalani hidup. AKhirnya hidup seperti dalam penjara besar. Padahal hidup simpel saja, asal bisa menjauhi maksiat, tidak merepotkan dan tidak pula mengganggu kehidupan orang lain, menjadi pribadi yang menyenangkan dan menjalani dengan santai. Tidak perlu methengtheng dan memaksa orang lain mengikuti prinsip hidup kita. 

(3) Penghormatan dan kehormatan itu malah menjebak. 

Sebagian orang sangat ingin dihormati. Tersinggung kalau dilupakan. Atau nama tidak disebut dalam sebuah forum. Maka ini maahan akan menggangu hidup itu. Seharusnya nama yang harus disebut  hanyalah Nama Allah SWT, bukan nama-nama manusia. Prinsip tauhid, kehormatan dan penghormatan itu hanya menjadi hak dari Sang Pencipta. Bukan milik manusia.  Jadi manusia tidak perlu tersinggung terkait kehormatan dan penghormatan. Yang wajar-wajar saja.

Ketiga ajaran itu akan mewarnai Gus Baha ketika memberikan kajian. Beliau banyak diundang baik di kalangan Nahdliyin, maupun kampus termasuk UGM, UII, UNissula, UNISMA, dan lain sebagainya. 

Gus Baha banyak membangkitkan gerakan cinta Nusantara (Foto: Unisma) 
Gus Baha banyak membangkitkan gerakan cinta Nusantara (Foto: Unisma) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun