Siapakah yang tidak atau belum mengenal kedua Gus tersebut? Keduanya perlu dijejerkan bersama, karena masih satu rumpun keluarga Nadhliyin. Juga sering memberikan pengajian bersama. Kalau Gus Baha yang adalah murid dari KH Maimun Zubair dari Rembang, Gus Kautsar ini ya masih sedulurnya lah. Saya cari telusuri, lebih banyak pengagumnya ketimbang kisah tentang bagaimana ajarannya. Sebab, Gus Kautsar ini kalau ngaji lebih banyak menggunakan bahasa Arab, dan kadang sulit mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia atau Jawanya.
Gus Baha, membawakan dengan canda, serius tapi bisa mendagel. Kelihatannya lucu, padahal serius.
Gus Kautsar, serius walaupun tetap serius. Kadang kita tertawa, namun karena kaget kok ada yang tertawa. Derajat dagelannya lebih tinggi ketimbang Gus Baha, agak sulit ditangkap.
Tasawuf Anak Muda
Sebenarnya kedua Gus ini adalah future leader di kalangan Nadhliyin. Sayangnya awam memang tidak terlalu familiar. Namun di kalangan Nadliyin, khususnya Jawa Timur, kedua Gus ini sangat dikenal dan ditunggu-tunggu kajiannya. KH Abdurrahman Al-Kautsar, merupakan putra dari KH Nurul Huda Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, Jawa Timur. Kalau diurut-urut, ya hampir semua kyai NU itu punya hubungan persaudaraan, sampai ke para mbah kyai ke atas syeh, habaib, hingga Rasulullah Muhammad SAW.
Gus Kautsar, sapaan akrabnya pernah didapuk sebagai pembanding KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha' pada acara Ngaji Mahasantri Milenial. Kegiatan dilaksanakan di lantai tiga kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, jalan Masjid Al-Akbar Timur No 9, Surabaya, Sabtu 12 Oktober 2020 yang lalu.
Kedua Gus ini mengajarkan ilmu tasawuf anak muda. Apa itu tasawuf anak muda? Yakni bagaimana kaidah mencari ilmu yang sesuai dengan standar literasi muslim. Semua bisa dirurud sanad, riwayat, guru, sampai ke atas sampai ke atas, sehingga semua ajaran itu merujuk kepada tafsir yang diturunkan. Bukan membuat tafsir sendiri tanpa guru.
Apakah nanti kedua Gus ini akan memimpin NU dan mengembalikan NU ke marwah keilmuan sebagaimana para pendiri NU yang penuh dengan tradisi keilmuan?
Sebagaimana dikatakan Gus Baha, bahwa tradisi murni dari Nadhliyin adalah mengaji dan mengkaji, artinya sarat dengan semangat keilmuan. Bukan bergaduh di banyak media, dan mencitrakan sesuatu yang kurang baik.
Kita tunggu waktu yang akan membuktikan. Semoga kedua Gus ini istiqomah dalam mengawal NU yang "Garis Lurus", bukan "Garis Gaduh" yang diatasnamakan oleh orang yang bernama Abu Janda.
Jika mau diperbandingkan, mungkinkan seorang ABu Janda adalah santri yang serius mengaji di pesantren atau muncul begitu saja?
Maka marwah NU akan dikembalikan oleh kedua Gus ini, demikian harapan awam terhadap Gus Baha dan Gus Kautsar. Mengaji, mengkaji, dan istiqomah dalam meniti jalan ilmu.
Fastabighul Khairat wahai kedua Gus....., mari berlomba dalam kebaikan dalam rangka mencapai ridho Ilahi Rabbi. (08.02.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H