Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi Terganjal Cuaca

8 Februari 2021   12:45 Diperbarui: 8 Februari 2021   13:42 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum pandemi, gowes bisa sangat interaktif (Foto: liputan6.com) 

Hobi yang sedang saya tekuni adalah gowes. Pemicunya adalah karena banyak kolega punya hobi sama. Bahkan banyak yang rela membatalkan beli mobil, diturunkan ke beli sepeda. Jangan salah, sepeda mah ada banyak kelas juga yes. Nyang entheng-enthengan ya bisa seharga 2 jutaan, 3 jutaan, sampai dianggap mahal di atas 9 jutaan. Namun bagi yang sudah kadung hobi berat gowes, harga sepeda di atas 150 juta ya ringan-ringan saja.  Tapi seharga begini ya khusus yang hobinya mendekati gila 'kali ya.  Harga 30 an juta sudah buagus bangedd kok.. 

Namun bagi yang hobi, mikirnya beda, sebab, meski harga 150 juta, itu hanya harga 1/4 dari harga mobil baru. Ya meskipun ada juga mobil seharga 100 an juta yes.. 

Spesifikasi misalnya cannondale F-SI Black Inc merupakan tipe hardtail yang diklaim menggunakan karbon wunderbike menurut situs resmi Cannondale. F-SI Black hadir dengan spesifikasi penyangga suspensi Lefy 2.0 Carbon 100mm XLR, drivetrain Shimano XTR Di2 2×11, rem XTR Race, dan roda karbon ENVE M50. Nah ini yang harganya 150 an juta gaes...

Ya semua ada kelasnya. Termasuk mau masuk surga? \Ya ada kelasnya, mau jadi dosen, ya ada kelasnya, mau jadi mahasiswa, ya ada kelasnya, semua akan ditutup oleh pak Ustadz bahwa itu semua kelas akan hilang,digantikan dengan derajat takwa kepada Tuhan. Lahh.. berarti derajat takwa pun ada kelasnya kyannn... Iyes dunk..

Kembali ke hobi, saat ini ada kendala cuaca yang agak mengganggu. Apalagi kalau beda negara. Saya tinggal di Republik Gresik, sementara bekerja di Republik Surabaya. Jarak 27 kilometer, atau sekitar 54 km pulang pergi, kadang prediksi cuaca mbleset tidak sesuai dengan cuaa lokal.

Padahal saya sudah set-team dengan Pak Sudarmanto yang piyayi Semarang dan lama di Jakarta, juga Pak Kajanto yang mantan eksekutif BUMN berusia 67 tahun tapi stamina prima rajin gowes di STIAMAK Barunawati Surabaya, juga ada Pak  Andito Sutarto juragane Yayasan Barunawati Biru Surabaya (YBBS) yang suka tanem-tanem pohon kurma di kawasan Yayasan, dan tim lain Pak Fail yang ditunggu gowes malah gowes sendiri di kawasan Manyar Gresik sisi utara yang rame pengembangan Pelabuhan Indonesia. 

Memanah juga hobi bersama Pak Tipung dan Pak Wayan (Dokpri) 
Memanah juga hobi bersama Pak Tipung dan Pak Wayan (Dokpri) 

Apalagi teman saya, Pak Edy Priyanto,  yang tinggal di Sidoarjo pp 80 km, atau bahkan Malang yang pp bisa 180 km. Nglaju setiap hari? Iyes.. ada yang tiap subuh sudah di terminal Arjosari Malang, dan jam 0800 sudah absen di Tanjung Perak Surabaya. Setelah covid19, maka work from home justru membantu, semua bisa dikontrol dari rumah. Pak Mudayat, ahlinya ahli bisnis merangkap santri, juga hobi tapi beda, yakni gowes di seputaran Benowo karena sering ditanggap sebagai khatib jumat. 

Cuaca yang berbeda ini bisa diceritakan begini. Saya sudah siap-siap subuh ke Surabaya, dengan harapan jam 0530 sudah gowes jurusan Tanjung Perak - Bungurasih, melingkar-lingkar Surabaya dengan distance ya kisaran 50 - 60 kilometer. Namun jika di gresik mendung gelap, tidak berani pergi dengan tujuan gowes. Padahal ternyata di Surabaya terang benderang tidak ada petir apalagi halilintar. Padang njingglang. 

Nah, meski bisa konek dengan wa atau telpon, namun bisa mendadak hujan, mendadak terang, dan seterusnya. Akhirnya hobi gowes harus bisa mencuri-curi waktu, atau mencuroi-curi jarak. Bila target minimal ya kisaran 30 km, maka nikmati saja ketika hanya bisa muter di sekitar perumahan dengan jarak ternyata hanya 6 kilometer, kejar-kejaran dengan gerimis dan hujan yang tidak diundang. 

Hobi gowes bawa strava, bisa bikin alur unik (Dokpri) 
Hobi gowes bawa strava, bisa bikin alur unik (Dokpri) 

Cuaca akhirnya menjadi kambing hitam. ALhamdulillah, setelah terbiasa, ya akhirnya kita mah menyesuaikan dengan cuaca. Kalau target seminggu 3 kali tidak tercapai, ya semampunya. Gowes bisa diganti dengan sepeda statis, tapiii... pusying dengan view dinding yang tidak berubah ubah. 

Gagal jalani hobi, bisa karena cuaca kalau pengalaman saya gowes tersebut. 

Sepeda ini seharga 150 juta, lebih murah ketimbang avansa baru (Foto: 
Sepeda ini seharga 150 juta, lebih murah ketimbang avansa baru (Foto: 

Yang lain, bisa jadi karena dorongan yang angin-anginan, atau merasa perlu harus mengajak teman. Padahal era pandemi ini, kita mau bergerombol saja sudah dilarang kyannn... 

Ya sudah, hobi samampune. Gowes sakecekele. Olah raga sakuate. Udan mandeg. Ra udan lanjut. Gitu saja dunk... (08.02.2021/Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun