Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi Malas, Rajin, Bodoh, Cerdas, Pilih Mana?

2 Februari 2021   21:43 Diperbarui: 2 Februari 2021   23:15 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masih banyak terjadi kan di sekitar (foto: via liputan6.com)

Teori motivasi pasti mudah diingat, tentang tipe X dan tipe Y. Tipe X, orang pada dasarnya malas. Maka perlu dihukum agar takut dan mau melaksanakan perintah. Perlu diiming-imingi hadiah, agar termotivasi untuk maju. Begitulah tipe orang malas, alias Mr X.

Nah, beda dengan tipe Y. Tipe Y adalah orang yang senang untuk melakukan sesuatu, karena daya kreasi dan dorongan berprestasi. Aktualisasi diri. Bukan karena dipaksa, takut, atau ingin hadiah. Tipe Y ini adalah orang yang produktif, inovatif, kreatif, proaktif, dan semua ciri kebaikan ada padanya. Kira-kira demikian, basis teori McGregor ini. 

Teori yang sejatinya sudah kuno jika dilihat dari kelahirannya. Teori X dan Teori Y dalam sejarahnya adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh Douglas McGregor di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960. 

Saat ini, masih sering digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi organisasi dan pengembangan organisasi, meskipun kita sudah berada di tahun 2021. Atau 61 tahun yang lalu, teori tersebut mulai dikembangkan oleh McGregor.

Lantas bagaimana pandangan ter-update dari tokoh kenamaan di abad XXI ini? Mari kita simak Bill Gates berikut.

Menurut Bill Gates, justru orang malas biasanya lebih kreatif. Itu disebabkan karena pemalas selalu mencari jalan termudah untuk menyelesaikan masalah. Maka, beri dia masalah yang susah. Maka, kita akan mendapatkan solusi termudah versi orang malas ini. 

Namun, sepertinya ini hanya berlaku bagi orang yang pemalas, tapi kecerdasan minimal rata-rata.

Sebuah irisan akan dijelaskan sebagai berikut: 

Pemalas, Bodoh  VS Rajin, Bodoh 

Pemalas, Cerdas VS Rajin, Cerdas 

Nah, anehnya, sebagian orang mengatakan bahwa orang yang cerdas itu biasanya pemalas. Lazy. Orang cerdas, menurut riset dari   Universitas Florida Gulf Coast, menemukan bahwa smart people cenderung menghabiskan lebih banyak waktu bermalas-malasan daripada mereka yang aktif. Demikian temuan riset di Amerika Serikat, sampai disimpulkan bahwa orang cerdas itu pemalas.

Bagaimana di tempat kita di Indonesia? Termasuk penelitinya, mungkin malas dan masih bodoh. Hehehe... sebab jarang merilis hasil riset yang berguna dan nyata bagi masyarakat. Sampai ada slogan : Jadilah peneliti meski tidak berguna.

Ya pasti di balik itu semua, ada juga peneliti yang cerdas bagus dan berguna. Kalau ditelusuri, riset di Amerika itu mengarah lazy sebagai kemalasan beraktivitas fisik. Bukan malas berpikir. 

Lha kalau di negara kita gimana? Yang pinter, baik, berguna, profesional, pasti sudah banyak ya.. alhamdulillah...

Namun yang gegar otaknya di dengkul, juga masih ada. 

Gimana ceritanya? Nah... saya jadi malas mikir kalau begini..

. (02.02.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun