Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dinar, Dirham, Emas Batangan, dan Saham, Pilihlah...

30 Januari 2021   08:06 Diperbarui: 30 Januari 2021   09:05 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menentukan investasi di masa pandemi, bisa mudah bisa sulit. Mudah bagi yang sudah terlatih. Dan tentu saja ada uangnya. Sulit, jika uangnya terbatas, dan dipenuhi kekhawatiran resesi, inflasi, dan ketidakpastian lainnya.

Di kawasan Depok, Jawa Barat, sebagian orang sudah mulai bertransaksi menggunakan dinar dan dirham. Jika ini meluas, maka pemerintah sudah seharusnya melakukan pembinaan dan pengawasan, karena sama halnya itu membiarkan mata uang rupiah tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun, jika itu dianggap baik, bukan tidak mungkin akan terjadi konversi mata uang dari uang kertas ke emas dan perak, yang diwakili dengan keping-keping dinar dan dirham. Saat ini, dinar dan dirham sudah dipasarkan meluas di online, dan semakin banyak yang berminat dengan alasan investasi. 

PT ANTAM bahkan juga ikut memproduksi dirham  dan dinar ini dengan memasarkan secara masif di web (sila dicek di : https://www.logammulia.com/id/product-list/koin-dinar-dan-dirham). 

Dengan limbungnya ekonomi dunia, pandemi yang belum jelas kapan berhenti, dan transaksi jual beli konvensional yang semakin tidak mudah, maka banyak awam yang membelokkan dananya ke pembelian dinar dan dirham. Apalagi warta wakaf uang untuk negara, semakin banyak awam yang memandang ada apa-apa dengan ekonomi nasional kita. Maka, uang milik dibelikan "mata uang baru", yakni dinar dan dirham.

Sebagai contoh di Depok, harga brownies dibeli atau ditukar dengan setengah dirham, 6 buah roti seharga 1 dirham. Sebagian orang menganggap ini adalah tukar tambah saja, seperti sebuah toko exchange atau money changer. Namun situasinya bisa lebih serius dari itu. Semua harga di pasar muamalah tersebut, dilaksanakan dengan dinar dan dirham. 

Mirip dengan trend bitcoin, bukan tidak mungkin dinar dan dirham akan booming yang juga berisiko mega inflasi atau hiperinflasi. Ini perlu diantisipasi regulator keuangan negeri ini. Teorinya bagaimana, ahli ahli ekonomi lebih tahu tentang ini. 

EMAS ATAU SAHAM?

Tentang saham, awam masih melihat fluktuasi pasar cenderung mengkhawatirkan. Seperti kabar masuknya Grup Temasek Singapura ke PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), pengelola Hypermart milik Grup Lippo, yang dengan secepat kilat membuat harga saham MPPA melesat pada perdagangan Jumat (29/1/2021), dengan revolusi harga yang tadinya sempat di bawah 100 rupiah per lembarnya, lantas melejit di atas 100 rupiah per lembarnya. Berdasarkan data  BEI, saham MPPA yang sempat terjun bebas ke level Rp 86/saham,  hari jumat tersbeut  melesat 27,91% di level Rp 110/saham. 

Dalam hal ini, saham MPPA yang ditransaksikan mencapai Rp 14,91 miliar dan volume perdagangan 132,76 juta saham. Hitungan analis saham, dalam sepekan saham MPPA mencapai kenaikan 13,40% dan dalam sebulan terakhir naik tipis 3,81%. 

Namun, booming ini apakah bersifat permanen atau temporary? Ya pasti temporary, seperti prinsip dalam investasi; high return, high risk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun