Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melow

29 Januari 2021   21:57 Diperbarui: 29 Januari 2021   22:02 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak kuasa hati dan rasaku, terbawa pada masa ketika teman sahabatku semua berkumpul di sekitarku, bercengkerama di masa itu, 

Tidak ada pandemi, tidak ada resesi, tidak ada masalah yang menyesakkan dadaku, 

Bermain, berkejaran, penuh persahabatan masa kanak-kanak, 

Juga remaja yang sudah kutinggalkan, 

Juga dunia mahasiswa yang telah lewat begitu saja, 

Kau tahu yang kurasa pak, ketika hatiku merindu ke Indonesia?

Berkata sahabatku, Ibu Frits Blessing, istri dari kawan akrabku, Pak Frits, 

Tinggal di tepian sungai, rumah berlantai tiga di kawasan Rotterdam, 

Ketika hatiku merindu, kata Ibu Frits, mataku meleleh mengingat semua kebaikan saudaraku di Indonesia, 

Mengapa begitu Ibu,tanyaku, apakah sekian lama sudah tidak kundur ke Indonesia?

Oh tidak, jawabnya, justru hampir setiap tahun saya ke Jakarta, dan menikmati sapaan setiap pagi; 

Pagi Ibu Frits... tidak jalan ke pasar... ada banyak sayuran, krupuk ikan daging dan ayam...

Pak Frits dan alm Bu Frits dalam acara di Surabaya (Dokpri) 
Pak Frits dan alm Bu Frits dalam acara di Surabaya (Dokpri) 

Itu paknug, saya selalu merindu Indonesia, yang ramah dan menghanyutkan, penuh persaudaraan dan pengorbanan dalam persahabatan, 

Aku tercenung, sudah sekian lama Ibu Frits wafat, meninggalkan dunia yang fana ini, berpulang ke haribaan sesuai panggilan Nya..

Lantas, apakah aku sudah meningkatkan syukurku, telah bertemu dengan banyak orang baik, 

Yang selalu menyapa penuh kekeluargaan, termasuk sapaan Bu Frits yang dikisahkan ulang kepadaku?

Wahai waktu... seandainya waktuku telah berlalu, ingin kukatakan kepadamu, telah cukup banyak nikmat kuterims,kebaikan kurasakan, 

Dari alam, teman,sahabat,kawan, saudara, dan bahkan pembaca Kompasiana..tidak lupa untuk Redaksi Kompasiana..

mohon maafkan jika ada kata yang kurang berkenan, sampai batas waktu kelak akan berpamitan, ..

bahkan seketika aku ingat Pak Jacob Oetama; syukur tiada akhir..

Sekarang aku semakin tahu... apa arti kata itu..


Di saat pandemi yang semakin menggigit, jiwa dan ekonomi yang kian terjepit, 

Syukur adalah strategi untuk bertahan dan terus berjuang, 

Karena hidup itu sendiri adalah karunia, untuk melanjutkan beribadah kepada Tuhan, 

Karena jiwa jiwa yang hidup tidaklah diciptakan, kecuali untuk beribadah kepada Nya..

Tuhan, telah kucoba sampaikan... bahwa hidup mati hanya untuk Mu... ibadah dan segala sesuatu...

semua adalah untuk Mu, dan jika saatnya tiba,ingin kukatakan: aku telah berusaha selalu bersyukur... 

dan mencoba untuk terus berbuat kebaikan, semampuku,... dan terus berusaha meningkatkan kemampuanku...

terus bersyukur atas karunia yang Engkau berikan kepadaku..

Syukur tiada akhir................. 

............... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun