Saya bertemu beliau di saat kuliah filsafat, gedung pusat Bulaksumur. Kalau tidak salah ingat, ketika itu beliau bergantian mengisi bersama alm Prof. Dr. Damarjati Supajar, filsuf berdua ini terkenal seantero kelas saya. Ya pasti di dunia filsuf Nusantara lainnya.
Saya ingin memperluas, lebih tepatnya menyebarluaskan, puisi pak Charis mengenai alam. Semoga kita bisa memetik hikmah di dalamnya.
Kita simak sebagai berikut :
DAUN KERING
#achmadcharriszubair
Daun kering yang luruh dan
melayang jatuh ke tanah
tak pernah menyalahkan musim dan
tak pernah menyalahkan angin.
Yang melepaskannya dari ranting dan dahan pohon tempat ia
berada selama ini.
Ia menerima takdirnya dengan kepasrahan keikhlasan semesta.
Karena ia tahu saat lampau pernah membuat pohon menjadi
penuh warna hijau.
Dengan tulus ia serap cahaya mentari untuk kehidupan sambil menebarkan udara segar penuh keselamatan bagi semua makhluk dan semesta.
Dharmanya kini telah berakhir.
Dengan anggunnya ia melayang ke bawah dan turun ke bumi.
Takdirnya telah digantikan helai daun muda yang hijau dan
berwarna pupus penuh pesona.
Tugasnya telah diselesaikannya.
Ia juga mengerti satu ketika
jasadnya akan hancur ditelan waktu.
Namun kehancuran dan "hilang"nya akan membuat bumi menjadi subur.
Tempat pohon dan tumbuhan baru bertunas dengan riangnya.
Bumi tempat dimana ia luruh dan menjadikannya tiada itu
akan menjadi tanah air yang membahagiakan semua
yang hidup di atasnya.
Alam adalah guru kehidupan
bagi yang sanggup merenungkannya.
#daunkering
#kehidupan
#alamadalahguru
#fotohanyailustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H