Kisah panjangnya ada di beberapa riwayat, termasuk kalau iman Kristiani, jika Yesus itu Tuhan mengapa ia disalibkan? Mengapa darah dibiarkan tumpah dengan mahkota duri? Jika iman muslim, mengapa sebagian tokoh muslim gugur juga dengan penuh noda darah, karena korban pembunuhan politik, atau juga dalam perang? Mengapa kaum beriman tidak dibiarkan menang, aman, nyaman, sehat, hidup wajar, tidak menderita, dan penuh suka cita?
Itulah ujian.
Di satu sisi, kaum tidak beriman mencapai kemenangan dan kemakmuran di dunia.
Itulah ujaan, atau istidraj, pembiaran.
Sebenarnya filosofinya sama, itu pun ujian. Apakah akhirnya manusia akan berpulang dalam kondisi beriman, ataukah dalam kondisi ingkar terhadap keberadaan Tuhan.
Bersama ini saya menghimbau kepada kaum beriman di mana pun anda berada, termasuk saya sedang menasehati diri sendiri, jangan berhenti untuk berbuat baik bagi umat manusia di muka bumi ini. Era pandemi sudah terbukti, baik yang beriman maupun yang tidak, semua akan mati. Bagi yang beriman, masih beruntung punya pengharapan besar bertemu Tuhan dan memohon kerahman kerahiman Nya, sebagaimana dijanjikan dan kita berusaha meraih ridho Nya.
Bagi kaum yang tidak beriman, ya sudah tinggal nanti dihadapi bagaimana pengadilan abadi telah menanti. Sebelum ajal datang, saya mengajak yang belum beriman bersegeralah beriman.
Dengan demikian, semua jawaban atas pertanyaan yang tidak mampu dijawab manusia, akan menemukan kuncinya ketika kita selesei di dunia ini.
Ada banyak pertanyaan yang tidak mampu dijawab manusia, namun waktu kita telah habis. Kita wajib mati di kelak kemudian hari.
Namun Sapardi Djoko Damono menyatakan, sesungguhnya yang fana itu waktu, sedangkan manusia abadi.
Waktu di dunia bisa berakhir, namun manusia hanya mati raga, jiwa tetap abadi berpulang ke haribaan Nya. Bukankah itu menakutkan bagi yang tidak percaya adanya Tuhan, ternyata Tuhan ada?