Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

WNA-WNI Tidak Selalu Begitu

20 Januari 2021   05:24 Diperbarui: 20 Januari 2021   05:57 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amrik Selatan, Afrika, Palestina, Maldive,  Indonesia, dan yang berjas itu adalah sopir bus asli bule dan kita saling menghormati wajar (Dokpri) 

WNA di mata WNI, deskripsi yang dikesankan kita masih dalam tahap gumunan. Selalu heran dan menempatkan bule-bule dalam kelas yang superior. Di sisi lain, kita pun tidak sadar menempatkan diri pada posisi inferior atau subordinat.

Ya sebenarnya bisa jadi tidak demikian juga. Karena secara fisik WNA itu beda dengan kita, maka itu dianggap menarik. Kalau sekarang, ya diajak-ajak selvie supaya kesannya kita kenal dan dekat dengan mereka. Kalau sudah berfoto, wah... pokokmen merasa hebat, atau ingin dianggap ampuh, kok bisa kenal dengan bule.

Namun, sejatinya tidak juga, apalagi WNA di mata WNI, di mata saya khususnya, ternyata tidak selalu begitu. Setidaknya ada 5 mitos atau anggapan wni terhadap wna, dan ternyata tidak begitu.

1. WNA selalu pinter bahasa Inggris 

Khususnya WNA yang bule berkulit putih, dulu saya kira semuanya adalah native, atau penutur asli bahasa Inggris. Ternyata tidak begitu, kalau orang Swedia ya mereka punya bahasa namanya Swedish, kalau Irlandia bahasanya ya Irish, demikian halnya Denmark juga punya bahasa sendiri namanya Dannish. Bukan native speaker dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris dianggap menjadi "penting", dan akhirnya penting beneran, karena sering digunakan dalam film-film Hollywood yang seakan-akan menjadikan bahasa Inggris adalah bahasa pemersatu.

Selain mereka tidak selalu pinter bahasa Inggris, juga tidak selalu mereka itu "hormat" pada bahasa dan budaya Inggris. Misalnya Perancis, biasanya gengsi dan merasa lebih tinggi dari Inggris, karena sejarahnya memang pernah berperang sengit di daratan Amerika, dan sampai sekarang bahkan ada wilayah di Kanada yang bahasa sehari-harinya adalah Perancis, yakni Quebecc, Kanada.

Meski demikian, di telinga kita aksen mereka seperti native speaker, semata sebenarnya karena lidah kita telanjur medok dengan bahasa daerah, sementara bahasa mereka di telinga kita ya dianggap mirip-mirip dengan aksen Inggris.

2. Semua disiplin dan berintegritas 

Kalau kita berinteraksi dengan WNA yang menjadi eksekutif di organisasi, memang dikesankan mereka disiplin dan berintegritas. Misalnya ada karyawan lembaga kursus di SUrabaya yang bercerita, ketika atasannya adalah orang lokal, bekerja itu santai dan tidak diburu-buru. Namun ketika atasannya berganti bule dari Eropa, seperti selalu diintai karena setiap saat si atasan berkeliling dan menegur karyawan yang kelihatan menganggur. Dimintanya agar karyawan do something yang support terhadap pekerjaan, tidak boleh mengobrol santai di jam kerja.

Ya ada bule yang memang disiplin, apalagi yang berpendidikan tinggi. Mereka dikejar target, kinerja, pengukuran, prestasi, dan lain sebagainya. Namun sebagian bule, ya seperti yang viral di medsos, ada juga yang slengekan, kurang disiplin, dan kriminal bahkan. Sama seperti kita sebagai manusia biasa. Saya bahkan pernah ketemu sesama bule bertengkar di sebuah bus, ternyata kondektur menagih karcis, penumpang ngeloyor dan bicara tida jelas. Mabuk. Keduanya bule. Normal kan, berarti ada yang disiplin, atau yang melawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun