Menteri Risma atau Bu Risma, emaknya Suroboyo sebagian mengenalnya dari jauh. Saya yang lama tinggal di kota buaya ini, mencoba melihat dekat. Setidaknya, bagaimana profiling Bu Risma di mata warga Surabaya, utamanya akar rumput.
Bagaimana persepsi kepemimpinan Menteri Risma di mata kalangan eksekutif, baik di BUMN swasta maupun pemerintahan sipil. Serta, bagaimana menteri Risma di tengah pusaran politik dan kecurigaan terhadapnya.
Saya mencoba melihat ketiganya ini sebagai tiga dimensi menteri Risma.
Akar Rumput
Cobalah bertanya kepada akar rumput Surabaya (grass roots), atau orang awam di sekitar Surabaya. Tidak ada komentar sedikitpun yang bernuansa negatif. Tol tengah kota yang ditentang Bu Risma habis-habisan, dan konon sudah ada yang menang lelang, dengan alasan yang sangat masuk akal dan berpihak ke rakyat; banyak negara yang memiliki tol tengah kota justru merekonstruksi tol tersebut, dan tol tidak perlu yang dibutuhkan adalah jalan lebar bagus dan tidak usah memberatkan rakyat untuk membayar.
Menteri Risma emaknya Surabaya, begitulah beliau dikenal. Sepenuh hati memikirkan apa yang dibutuhkan rakyat. Jalanan dibuat bagus dengan beragam taman, dan ini sangat konsisten dengan latar belakang beliau yang teknik sipil, dan pernah mendudukkan sebagai Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Surabaya.
Pernahkah Anda melihat seorang ibu misuh-misuh karena taman kota dirusak oleh perusahaan besar yang sedang membagi gratis es krim ? Benar-benar misuh: Jan.......saya bikin taman sekuat tenaga, kamu seenaknya sendiri merusak tamanku.... Dst...
Bagaimana rakyat melihat Bu Risma marah? Apakah tidak senang? Unik malah, rakyat justru senang karena menunjukkan keberpihakan seorang Ibu dalam menjamin ketersediaan fasilitas umum.
"Wes buk... marahono wae... beno kapok sing ngganggu fasum, "bisik seorang warga.
Itulah Bu Risma emaknya Surabaya. Fasilitas umum dibuat dengan harapan semua rakyat bergembira, dan itu tercapai. Jalanan di sepanjang Darmo, silakan Anda lihat sendiri.