Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Haruskah jadi jahat untuk memperpanjang usia ?

5 Januari 2021   05:19 Diperbarui: 5 Januari 2021   05:44 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ziarah kubur akan meningkatkan syukur kita bahwa ternyata hidup itu sendiri adalah anugerah yang sangat besar (Dokpri)

Seorang sahabat saya, junior saya, adik angkatan yang gagah aktivis olah raga basket, ada yang wafat lagi. Masih gres, usia 35 tahun, karir sedang menanjak. Sebagian besar memberikan testimoni yang sangat baik. Almarhum orang yang saleh, menggembirakan bagi teman di sekelilingnya. Saya pun ikut bersaksi, bahwa benar selama hidup almarhum memang perilaku sikap dan kerjanya baik bagus. Keluarga juga sedang riang-riangnya, anak 3 yang masih tumbuh di SD dan batita. 

Dan tanggal 5 Januari 2021 ini dia wafat. Setelah menjalani isolasi di sebuah rumah sakit di Surabaya. Bahkan, keluarganya masih diisolasi di sebuah hotel karantina untuk memastikan bebas dari covid19, karena ketika dites swab ada hasil yang menyatakan reaktif. 

Almarhum ini adalah 1 dari 8 kolega saya yang wafat karena Covid19. Dan dapat dikatakan semuanya adalah orang baik. 

HARUS JAHAT ?

Orang baik itu, sangat dekat dengan Tuhan. Saking dekatnya, maka Tuhan pun ingin segera memanggilnya. Maka, sebagian teman saya ada yang guyon sadis, jika kalian ingin hidup lama, jangan terlalu baik menjadi manusia. Harus ada jahatnya. Sehingga Tuhan pun akan bermurah hati memberi kesempatan usia panjang  untuk belajar, bertobat, dan menjadi baik karena rekam jejaknya jahat.

Waduh, apakah karena begini hidup kita menjadi pendek, atau panjang, atau mati muda, atau mati tua ?

Era pandemi Covid menimbulkan banyak mitos dan tafsir. 

Namun, Covid19 telah mengubah semuanya. Mitos dan realitas menunjukkan kedahsyatan dampak pandemi bagi semua lapisan masyarakat. 

1. Pasti yang terkena Covid19 adalah orang yang kurang menjaga kesehatan. Ini mitos. Faktanya, banyak nakes tenaga kesehatan yang terkena dan menjadi korban. Ratusan dokter dan perawat, juga wafat dalam kaitannya tugas penanganan Covid19. Ini menunjukkan bahwa virus ini bahkan memangsa pemelihara dan perawatnya. Dokter dan perawat yang terbiasa bersahabat dengan penyakit, justru dipatuk oleh Covid19. Dan wafat beneran. Bukan sekedar hoaks. 

2. Pasti yang terkena  Covid19 adalah orang kota. Ini mitos. Faktanya, sekarang ini di kawasan Bantul selatan Yogyakarta, rumah sakit penuh dengan pasien Covid19 dan daya tampung tidak memenuhi lagi. Sebagian saudara saling berpesan jangan saling berkunjung dulu, banyak tetangga terkena Covid bahkan sampai dijemput paramedis dengan APD yang menyeramkan itu.

3. Korban Covid itu pasti tidak suka olah raga, badan cenderung besar dan lamban bergerak. Ini mitos. Sebagian korban covid19, termasuk kolega saya, adalah goweser dan basket adalah olah raga favoritnya. Kurang sehat apa ? Atlet. Namun, bisa jadi, kesibukan bekerja, kurang istirahat, menyebabkan tubuh ngedrop dan virus langsung menyusup masuk.  Hobi olah raga bukan berarti bebas dari ancaman virus. 

4. Pasti yang terkena Covid19 adalah berusia tua yang di atas 60 tahun karena tubuh renta dan rentan terkena penyakit. Mitos lagi ini. Faktanya, semakin banyak pasien Covid19 yang berusia di bawah 40 tahun, bahkan sampai wafat alias tewas ketika berjibaku di isolasi rumah sakit dengan semua alat modern yang diharapkan memperpanjang hidup.

5. Korban covid19 mungkin karena banyak dosa dan jarang beribadah. Mitos, faktanya banyak korban adalah sebagian ulama, kyai, yang notabene setiap detik setiap saat selalu beribadah. Covid19 bukan pasukan Tuhan untuk menghukum manusia berdosa, melainkan virus yang harus kita atasi dengan ilmu iman imun aman. Aa Gym yang anggaplah orang baik soleh, juga kena. Bupati Sidoarjo, gubernur Jatim, Gubernur DKI, dan masih banyak tokoh lain yang tidak hanya pejabat namun juga dikenal sebagai orang baik, juga terkena. 

Lantas kita mau apa ? Tahun baru 2021 ini kita masih harus fokus kepada kesehatan. Covid19 benar-benar tidak mengenal usia, derajat takwa, desa atau kota, sekolah tinggi atau rendah, semua bisa terkena. Isoman usai liburan juga salah satu solusi yang bisa dilakukan. 

Tidak perlu menjadi jahat untuk berusaha memperpanjang usia, namun disiplin protokol kesehatan adalah ikhtiar kita supaya bisa hidup lebih lama. Jika semua ikhtiar sudah dilakukan, dan masih terkena juga, maka sumarah pasrah kepada Gusti Allah SWT jika memang jatah hidup kita sudah habis. 

Teriring doa semua kita semua bisa melewati masa pandemik ini dengan sehat sukses barokah. (05012021/Endepe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun