Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar pada Linggarjati

26 Desember 2020   06:32 Diperbarui: 26 Desember 2020   06:41 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jasmerah, adalah kata tersohor dari Bung Karno. Orang yang awam literasi, pasti menuduh-nuduh dengan kata merahnya, berarti komunis, pki, dan sejenisnya. Berat banget nih menjelaskan ke yang demikian, sebab jasmerah sama sekali tidak merujuk kepada warna merah sebuah jas. Namun singkatan dari kata jangan sekali-kali melupakan sejarah. 

Bung Karno membelajarkan kepada anak bangsa, supaya tidak pernah berhenti belajar melihat sejarah, mengambil butir kebaikan, dan melanjutkan pembangunan rakyat bangsa dan negara.

Apa yang bisa dipelajari dari Linggarjati? Sebuah perjanjian yang akhirnya dilanggar sendiri oleh Belanda, dengan aksi Agresi MIliter I. Demikian halnya dengan Perjanjian Renville, Konferensi Meja Bundar, dan lainnya yang menunjukkan perjuangan pendahulu bangsa dalam kancah diplomatik.

Kisahnya sudah banyak kan, nah saya ingin berkisah-kisah yang ringan-ringan saja.

Pointer naskah perjanjian Linggarjati, 1947 (Dokpri) 
Pointer naskah perjanjian Linggarjati, 1947 (Dokpri) 

1. Memilih Linggarjati 

Pasti tidak semua orang tahu, bahwa Linggarjati adalah sebuah kota kecil di kawasan Kuningan, Jawa Barat. Sekira 30 menit - 1,5 jam perjalanan mobil dari Cirebon arah selatan agak ke timur sedikit.  Ya bisa lama juga sih kalau macet. Namun ternyata, pemilihan Linggarjati yang jauh dari Jakarta, bisa perjalanan 4 - 5 jam, kecuali yang pintar ngebut, disebabkan lokasi yang sejuk di kaki gunung Ciremai. Hawa sejuk dipilih agar proses perundingan berjalan dingin adem, tidak emosional dan meledak-ledak. Wah... bahaya juga kalau perundingan perdamaian diadakan di tengah terik matahari ya.. Hehe... belum apa-apa kepala bisa panas beneran. 

2. Gedung masih utuh sekarang 

Gedung pertemuan masih utuh dan dijadikan sebagai heritage, atau gedung bersejarah yang dilindungi UU. Konon pada tahun 1970-an, gedung ini sempat berubah menjadi Sekolah, namun keluarga Bung Hatta melobi pemerintah untuk merestorasi gedung sehingga menjadi kembali seperti semula. Jejak-jejak asli masih ada, misalnya dapur yang dulu digunakan, penampungan air yang tersambung langsung dari sumber air Ciremai, ruang pertemuan, ruang tidur, dan sebagainya. 

3. Pengunjung sampai dari Amerika Eropa 

Situasi perundingan yang meja kursi masih ada sampai sekarang (Dokpri) 
Situasi perundingan yang meja kursi masih ada sampai sekarang (Dokpri) 

Gedung ini benar bersejarah, tidak heran pengunjung bahkan ada yang dari Amerika Serikat, Inggris, dan pastinya Belanda. Miniatur situasi perundingan tampak terlihat representatif, dan meja kursi beneran yang pernah digunakan pada tahun 1947, juga masih utuh sampai sekarang. Ya pasti jangan diduduki ya, itu barang bersejarah. Tempat tidur dan kamar delegasi juga bisa kita kunjungi 

4. Gotong Royong untuk Bangsa 

Jangan sampai perang saudara, itu pesan Bung Karno di flier foto di dinding yang masih bisa kita baca sampai sekarang. Era 1945 -1949, memang dipenuhi dengan banyak konsolidasi lasykar perjuangan, dengan konflik head to head antara pejuang dan kolonial yang kangen ingin menjajah  lagi. 

Setelah era itu, masih banyak faksi-faksi dalam tubuh bangsa yang ingin berpisah dengan Kesatuan RI,sehingga pesan gotong royong membangun bangsa mengemuka dari Bung Karno.Di tahun 2020 ini, coba lihat pasti ada semangat gotong royong yang akhirnya faksi yang berbeda bisa duduk bersama untuk membangun bangsa.

Bung Karno Presiden 1 NKRI yang disegani di dunia (dokpri) 
Bung Karno Presiden 1 NKRI yang disegani di dunia (dokpri) 

Dari Linggarjati, kita belajar bahwa sebuah perundingan masih sangat mungkin tidak selesei di satu titik. Masih banyak perjalanan yang akan dijalani, dan berproses tanpa henti. Iktikad baik untuk gotong royong membangun bangsa, adalah utama sehingga kepentingan nasional dikedepankan ketimbang kepentingan pribadi dan golongan. Cie cie.... ideal banget ya.... Tapi memang begitulah... kita perlu gotong royong untuk memajukan peradaban kita menjadi semakin baik. 

(26.12.2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun