Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pejabat Ditangkap KPK dan Satrio Kinunjoro

25 November 2020   18:46 Diperbarui: 25 November 2020   19:36 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres 2024 kembali menghangat ketika seorang pejabat menteri ditangkap KPK. Timbang gak enak hati, sebaiknya nama tidak saya sebut. Toh, sudah banyak yang memberitakan. Saya akan sedikit bercerita tentang kisah para kesatria, perwira terpelajar, kelas menengah terdidik, yang disebut secara budaya jawa sebagai Satrio. 

Terkait dengan eksistensi para satrio, ada beberapa mitologi sebagai berikut; 

(1) Era Satrio Piningit 

Era ini ketidakadilan merajalela. Ksatria utama masih bersembunyi tidak ketahuan ada di mana. Ratu Adil masih menyimpan misteri. Kejahatan merambah di semua lini. 

Pemimpin berkuasa tanpa batas. Satrio mau muncul, ditumpes kelor, dihabisi tanpa ampun. Lawan politik tidak berani muncul di permukaan. Intelektual hanya bersembunyi di menara gading. Berteori tentang demokrasi, namun tidak ada realisasi. 


Satrio masih piningit. Disembunyikan. Tidak diketahui keberadaannya. 

Era ini, konon, di era Orde Lama dan Orde Baru. Kaum intelektual hanya digunakan untuk melegitimasi kekuasaan. Tumpul. Katanya lohh... ojok nesu.. jangan marah,.. ini hanya katanya ...Disclaimer: saya juga gak tahu loo... ini hanya teori teori begini

(2) Era Satrio Wirang 

Reformasi datang. Kaum muda bangkit, kelas menengah  terdidik mulai muncul. Banyak orang menduga, kepemimpinan akan jatuh ke tangan pemuda. Anas Urbaningrum, kader mahasiswa yang melonjak naik bagaikan meteor ke langit. Siapa lagi... Budiman Sujatmiko, klandestin eks PRD tampil ke permukaan. Juga banyak kader pemuda dari organisasi militan, maupun non militan. Merah putih, maupun merah saja, atau putih saja, atau pelangi. 

Habibie, mewakili kelas menengah terdidik, menjadi presiden seakan-akan hanya transisi.  Gus Dur naik, dibantu oleh kekuatan parlemen kendali Amien Rais, menjadi presiden. Gonjang ganjing ... di tengah jalan, Pak Amien Rais menghentikan Gus Dus, dan menaikkan Bu Megawati Sukarno Putri.  Banyak orangg berharap, ketika itu, Bu Mega adalah mewakili proletar dan gerakan demokrasi. Sayangnya, pilres berikutnya kalah dan naiklah Pak Susilo Bambang Yudhoyono yang didukung  besar internasional sebagai presiden, tidak main-main, 2 periode berturut-turut selama 10 tahun.

Namun, era reformasi dan berikutnya ini, adalah era Satrio Wirang, ksatria yang mendapatkan malu. KPK merajalela, menangkap semua tersangka terdakwa dengan rentetan peristiwa yang sangat memalukan bagi kaum terdidik intelektual muda. BAgaimana tidak, orang mengira religius dan amanah, ternyata ditangkap korupsi. Terbukti. Masuk bui. Tanpa ada kendali, gerombolan kesatria lain juga dipermalukan di era Satrio Wirang ini.

Namanya juga Satrio Wirang. Para ksatria mendapatkan malu. Lantas, ketika terbukti, masuklah era baru namanya Satrio Kinunjoro. Para ksatria dipenjara. 

(3) Era Satrio Kinunjoro, Petruk Dadi Ratu 

Para kelas menengah terdidik, dipermalukan oleh zamannya Era Ksatrio Wirang. Dan masuk penjara. Satu persatu terbukti bersalah, dan dipenjara atau kinunjoro. Inilah era Satrio Kinunjoro. Para kaum muda terdidik masuk penjara, setelah dipermalukan dengan bukti di pengadilan. Habislah sudah riwayat para Ksatria itu. Negara tanpa pemimpin. Para ksatria tumbang, oleh kepongahan dan over convidence. Rakyat jelata tidak punya pemimpin.

Di era ini, munculkan kaum biasa tampil sebagai pemimpin, Petruk Dadi Ratu. Era Pak Jokowi, adalah era petruk dadi ratu. Rakyat biasa yang jadi pemimpin, karena para ksatria sudah banyak yang masuk penjara. Petruk tidak kenal sungkan, bagi yang bersalah, diproses dan jika terbukti, masuk bui.  Petruk mewakili rakyat kecil, yang mengambil alih kepemimpinan, karena para ksatria sudah masuk penjara. Petruk justru sekarang, menangkap para ksatria yang terbukti bersalah, untuk dibawa ke penjara. 

Beneran gak sih ini... ha embuh ini hanya saya dengar dari gibah gibah budaya di pewayangan. Era petruk dadi ratu, kesatria malu dan dipenjara. 

(4) Goro-goro...

Inilah era yang mengkhawatirkan. Tanda-tandanya sudah jelas; Covid19 meraja lela.. pertumbuhan ekonomi negatif., dunia bingung.. sampai pilres Amerika juga bingung kan...

Era goro-goro..... musibah huru hara meraja lela.. ada tokoh agama disalahpahami, atau memancing salah paham, atau mungkin punya pemahaman yang salah...

Huru hara...... maka siklus akan kembali ke Satrio Piningit. Satrio akan muncul, tapi masih piningit, sembunyi. Ada prediksi reformasi jilid 2, yang dibungkus Revolusi Akhlah, Revolusi Mental, Revolusi Industri 4.0, Revolusi Millenial, Revolusi Harga Mati.... buhhhhh...byuhhh....

Tenanee....ha embuh hawong saya hanya berkisah kisah lho.. wahai Kompasianer...

Siapa tahu berguna bagi bapak ibu yang berkepentingan. Negara perlu diselamatkan, rakyat perlu dilindungi. Aman sejahtera sentosa selamanya. BAagaimana ini.... monggo kita ngopi duluuuu.... (25.11.2020/ndp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun