Wabah sejak Maret 2020 ini masih terus berjalan. Tidak diketahui, kapan akan berhenti dan hidup normal kembali. Semakin banyak sektor ekonomi terdampak akibat covid19 ini. Selain nyatanya banyak di antara kita yang wafat, baik tersebab langsung atau pun tidak langsung oleh covid19, kenyataannya semakin banyak yang wafat.
Baiklah, yang wafat biarlah wafat dengan tenang. Yang hidup, perlu terus berjuang untuk melanjutkan nafas dan bertahan di tengah wabah yang tidak diketahui kapan akan sudah.
Fenomena yang menarik di sekitar kawasan Gresik Surabaya, adalah semakin banyak pedagang pinggir jalan yang berjualan nasi bungkus. Mereka bukan kaki lima. Bukan kaki lima yang menetap di lokasi tertentu. Namun mereka ada yang menggunakan sepeda motor, atau yang mobil bak terbuka roda tiga, ada juga yang model mobil lawas dengan baik belakang dibuka.
Harganya? Dulu, sebelum covid menggejala, sporadis ada yang menjual di kisaran Rp. 8.000 s.d. Rp. 10.000,-. Harga miring dibandingkan dnegan harga makan "resmi" di warung kaki lima yang di kisaran 12 ribuan atau 15 ribuan.
Nah, sekarang.. di era wabah yang juga menyebabkan banyak buruh dirumahkan dengan alasan work from home, penjual nasi bungkus ini semakin hanya bertebaran. Harganya dibanting sampai di kisaran Rp. 3.000,- atau Rp. 4.500,-. Harga normal yang dianggap murah adalah Rp. 5.000,-. Isinya ya nasi dan lauk sekedarnya. Yang penting kenyang, kata salah satu konsumen. Termasuk kata penjualnya, "murah mas, yang penting mengenyangkan." Apakah ini terkait promo 11 11 ? Hehehe... tidak secara langsung "kali ya, namun dibandingkan rakyat tergoda promo 11 11 di toserba atau plaza-plaza, promo makanan murah jauh menggoda karena langsung berurusan dengan perut.
Mau minum kopi di mall denga harga 125 ribuan yang didiskon menjadi 89 ribuan? Apakah ini bisa dipromosikan di hari kembar bulan, promo 11 11 ? Ya, mungkin bagi yang masih berkantung tebel. Bagi wong cilik, itu bisa dibelikan beras untuk hidup sebulan tahukkk....
Kembali ke laptop.
Merebaknya banyak penjual nasi bungkus di pinggir jalan, sangat menarik.
Ini menarik. Di satu sisi, ini bukti sebagian buruh turun di jalan ikut jualan nasi bungkus. Beralih profesi dari buruh pabrikan, ke wirausaha. Sebenarnya, bisa sangat bagus jika ditekuni dan bisnis semakin besar. NAmun di sisi lain, mereka jualan nasi bungkus itu sepertinya juga karena terpaksa, bukan karena panggilan jiwa.
Sehingga, kadang kita lihat di titik tertentu dulu ada penjualnya, ternyata sudah berpindah entah ke mana. Unik juga kan, ada penjual nomaden.