Sebagian besar dari masyarakat kita sangat meyakini bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan. Pada satu sisi, ini benar karena memang demikian. Takdir memang tidak dapat dihindari. Jika memang sudah dituliskan, dan ditetapkan, ya sudah mau apa dikata.
Kita tinggal menjalaninya.
Pada sisi lain, jika tidak hati-hati, maka ikhtiar dan rasionalitas bisa dikalahkan oleh kepasrahan yang sifatnya totalitas.
Baiklah, pasrah juga benar. Yang saya maksudkan di sini adalah, bahwa dalam kesehatan, pencegahan, penanganan, kematian, ada hukum-hukum yang menjadi pola tertentu. Ada teori gizi, keseimbangan antara bekerja dan istirahat, menghindari stress, mengelola stress, sosialisasi, manajemen waktu, dan sebagainya adalah ikhtiar dalam menjalani hidup ini.
Kematian telah banyak mendatangi kita. Sebagian orang baik telah mendahului kita. Sebutlah Dalang Ki Seno Nugroho, Didi Kempot, sampai yang lama dahulu yakni Mbah Surip. Ketiganya, dijemput malaikat maut dalam kondisi puncak karir. Sedang terkenal-terkenalnya. Dicintai para penggemar. Publik. Hampir semuanya senang mendengar kreasi dan karya mereka.
Di antara kelompok group whatsap, beredar jadwal manggung dari beliau-beliau sebelum wafat. Sangat padat. Padat sangat.
Tanpa menyebut nama, salah satunya wafat setelah ke sana kemari memilih naik ojek mengejar jam tayang manggung. Menolak naik taksi atau jemputan, karena dianggap kurang lincah mencapai lokasi panggung.
Satunya wafat setelah semalaman tidak dapat tidur, karena jadwal sangat padat, dan ada kemungkinan jam biologis mengantuknya lewat. Tidur sangat minim.