Era sekarang ini ide-ide kreatif banyak bertebaran. Dulu, yang dinamakan pakaian adat tidak jauh-jauh dari batik, surjan, baju penganten, dan sejenisnya. Namun ketika kran definisi baju adat adalah semua baju Nusantara, maka sungguh dahsyat pengaruhnya. Upacara bendera, dapat diwarnai dengan seragam yang penuh ragam. Seragam, seadat maksudnya, namun penuh ragam dengan aneka asal usul daerah.
Seperti yang pernah kami lakukan setahun yang lalu. Hari Pahlawan 10 November 2019. Saya kebagian menjadi inspektur upacara. Kadang saya juga suka mengintip presiden kita menggunakan baju adat apa ya, kok unik-unik gitu.
Namun saya ini orangnya sederhana. Karena persewaan baju adat Jawa habis, maka saya putuskan saya akan memakai sarung dan batik saja. Toh, itu juga tradisional.
Eh, ternyata tim saya sangat kreatif.
Trathatatata..... saya kebagian baju adat yang tidak terduga; Kupang, NTT.
Wow, ternyata keren... saya bergaya dengan Topi khusus dari rangkaian handmade, seperti dari rotan namun lebih halus/tipis. Topi ini merupakan sebuah penutup kepala yang terbuat dari daun lontar kering. Ya kalau diraba mirip rotan tipis. Ternyata topi ini menjadi simbol kewibawaan dan kepercayaan diri bagi kaum laki-laki di Suku Rote.
Keunikan tersebut terletak pada topi yang disebut “Ti’i Langga”. Ti’i langga memiliki bentuk yang unik, ada kayak menara yang menjuntai, mirip dengan topi khas Meksiko yaitu topi sombrero.