Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perancis..

30 Oktober 2020   05:05 Diperbarui: 30 Oktober 2020   05:20 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program sebelum Covid19 -2017 (Dokpri/NDP)

Suatu hari

Pagi baru menyingsing 

Temaram langit di sekitar Eiffel 

Beberapa tentara masih berjaga 

"Sedang renovasi", kata temanku

Kami serombongan dari Swedia 

Membelanjakan waktu sekilas untuk sekedar berjalan

Seputar Eiffel 

Menara kecil yang terbangun dari struktur besi baja logam menghitam 

Berjalan memutar sekitar Eiffel

"Hajji .. hajjii... murah.. murah... Indonesia..."

Aku masih terheran, 

Mengapa orang hitam penjual souvenir itu, 

Mampu berkata dalam bahasa Indonesia?

"Itu karena orang kita yang hobi belanja souvenir, "kata temanku

AKu tersenyum,

Benar orang kita favorit mereka, 

Tersebab ketimbang beli souvenir resmi yang seharga 30 - 150 Euro,

Pelajar Indonesia di Perancis (Dokpri/NDP)
Pelajar Indonesia di Perancis (Dokpri/NDP)

Di luar dijual kaki lima

Orang-orang hitam yang ternyata dari Senegal, 

Mereka diajari bicara bahasa ya dari orang Indonesia juga, 

Yang berkunjung ke Eiffel..

Seharga 10 Euro, atau 15 Euro, 

Dan bisa bertengkar dengan jatuh harga 7 Euro, 

"Police... police..."teriak mereka... 

Semburat semua penjual souvenir bertebaran..

Semua barang disembunyikan, 

Wajah polos ditampilkan, seakan sebagai wisatawan biasa, 

Begitulah situasi sekitar Eiffel,, ketika itu.

***

Aku berjalan menyusuri lorong gang

Kulihat ada pengemis dengan selimut terlipat, 

Hari terang, dingin masih menerjang 

Suhu sekitar 3 derajat, naik menjadi 10 derajat

Temeram siang udara tetap mencekam, 

Kucari sekeping 1 Euro...

Pengemis mengangguk ekspresi terima kasih,

Aku senang melihatnya, 

Kuambil 10 Euro, kutaruh di tangannya yang sedang tertelangkup..

Dia kaget, lantas mengucapkan terima kasih..

Aku melihat wajahnya, 

Wajah migran dari ujung benua antara Eropa dan Afrika, 

Segera kuambil lembaran 50 Euro, 

kukasihkan untuk uluran tangan ke 3 kalinya: 1 euro.. 10 euro.. 50 euro..

Wajahnya memerah... dan sambil mengucapkan lirih dan wajah penuh terima kasih, 

Terdengar ucapakan dalam bahasa perancis yang kira-kira artinya terima kasih..

"Merci....
Tu es une trs bonne personne ..
.."

Aku sendiri berpikir, 

Belum tentu juga aku ketemu si pengemis itu..

Maka ini kesempatan paling berharga, 

Sekali berbuat baik, 

Untuk orang yang mungkin seumur hidup kita hanya bertemu sekali saja..

****

Miracle...

Keajaiban itu memang ada..

Kelak setelah sekian tahun berikutnya, 

2017.. 

anakku pergi ke Perancis 

Siswa terpilih untuk sebuah pertukaran siswa SLTA..

dan dia berkesempatan berkeliling seputar Eiffel..

"Apakah kamu melihat ada pengemis di sekitar Eiffel, Nak..."

tanyaku..

"Penjual souvenir masih, ayahku... 

pengemisnya tidak kelihatan..."

***

Hidup sering menimbulkan banyak kejutan...

Setiap butir kebaikan

Meskipun hanya ibarat debu di tengah padang pasir,

Semua akan tercatat

Dan setiap kebaikan

Akan mencari pelakunya untuk sebuah ungkapan

Sekedar terima kasih

dan pembalasan 

atas masa lalu kebaikan itu..

Camkan itu..

***

berdasarkan kisah nyataku (30.10.2020/NDP)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun