Ada kabar Bank Syariah akan segera merger. Bank Syariah Merger apakah mengkhawatirkan, atau mencerahkan? Jika kita bertanya kepada pemerintah, pasti Bank Syariah Merger adalah sangat mencerahkan. Namun bagi sebagian orang, apakah Bank Syariah Merger justru mengkhawatirkan? Saya sendiri menjadi nasabah Bank Syariah sekaligus di 3 bank; Bank Muamalah, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri (yang sebenarnya Bank Mandiri Syariah, namun singkatannya membingungkan karena menjadi BSM). Anak saya karena ingin ada jaringan BCA, memilih BCA Syariah. Istri saya yang pay roll nya menggunakan BRI, memiliki BRI Syariah. Karena bagi rakyat biasa seperti kami, semua institusi pemerintah adalah trusted entity, sehingga seharusnya tidak ada alasan untuk ragu memilih bank, baik BNI, Mandiri, BRI, dan sebagainya.
Ada 5 pertanyaan, atau kekhawatiran, atau kecerahan, terkait merger ini. Bank Syariah Merger, harapannya adalah negara semakin kuat dan mampu mensejahterakan rakyatnya. Khawatir, jika sosialisasi tidak transparan, atau informasi tidak sampai pada sasaran. Cerah, jika semua pihak mengerti, memahami, dan mematuhi regulasi sesuai yang ditetapkan.
Mari kita bahas satu persatu, dalam perspektif awam ini.
(1) Biaya Haji Mega Kapital
Tidak dipungkiri, dana haji yang besarannya trilyunan, adalah salah satu sumber dana yang bisa dikolek bank. Bahkan, untuk jangka panjang. Bahkan, nasabah akan berusaha menolak bunga, sebagian mengubah nomenklatur menjadi sistem bagi hasil. Sebagian nasabah, menolak semua itu, baik diistilahkan bagi hasil, apalagi bunga. Dan dana haji ini akan mengendap di bank selama tidak kurang 20 - 30 tahunan. Mengapa lama? Karena antrian haji lama, sehingga setidaknya dana minimal 25 jutaan sebagai setor uang pangkal haji, akan mengendap. Bagaimana jika Bank Syariah Merger? Pasti ini sumber dana yang sangat dahsyat. Taruhlah ada 1 juta orang antri, setiap tahun, maka uang 25 juta x 1 juta orang, akan mengendap sesuai waktu tunggu antrian berangkat. Padahal, jumlah muslim dewasa yang wajib haji sesuai syariah, diperkirakan tidak kurang dari 140an juta orang. Angka ini bisa lebih.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 269,6 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, jumlah penduduk laki-laki 135,34 juta jiwa, ternyata masih lebih banyak dibanding penduduk perempuan yang hanya 134,27 juta jiwa. Sensus penduduk resmi secara fisik terakhir dilakukan pada 2010, dan sensus berikutnya dilakukan pada 2020 ini dengan data yang masih belum resmi rilis.
Maka bagi pemerintah, Bank Syariah Merger adalah sebuah kecerahan yang mega dahsyat. Kapital akan terkumpul dengan hitungan kedipan mata. Dan masanya sangat panjang. Bagi rakyat kecil yang percaya pemerintah, juga sebuah kecerahan. Mirip merger Bank Mandiri jaman doeloe, yang sempat mengkhawatirkan, namun ternyata sukses besar. Bank Syariah Merger, juga diduga akan sukses besar. Semoga demikian.
Tinggal sekarang, menjawab kekhawatiran orang kecil. Bagaimana dengan rakyat di desa yang telanjur setor di BNI Syariah, masuk dalam antrian 23 tahun, dan tidak mengetahui bahwa telah ada merger? Bagaimana jika ada masa transisi, ternyata rakyat juga tidak tahu ? Kekhawatiran ini bisa dijawab dengan simpel: sosialisasi tanpa henti.
Maka isu biaya haji yang dialihkan dari Bank lama ke Bank Syariah Merger, akan terjawab.
(2) Pinjaman Bank