Masih tentang Yahudi. Saya ketemu dengan seorang ibu-ibu sepuh. Di sebuah kereta yang meluncur dari Belanda ke Paris. Saya iba karena kelihatan rapuh. Ngobrol-ngobrol, ternyata... dari Israel. Waduh.....
Tadinya saya sangat ramah. Begitu denger dari Israel, saya agak terdiam. Cenderung saya takut. Tapi obrolan berjalan, meski lambat-lambat. Ibu itu rupanya seorang profesor psikologi. Dan seterusnya. dan seterusnya. Ketika berpisah, saya merasa terharu. Saya peluk ibu sepuh itu, dan beliau juga membalas memeluk terharu. Jangan salah ya,,usia beliau sekitar 76 tahun.
.... Intinya : Yahudi juga ada yang baik ramah wajar. Bukan misterius.
Demikian halnya dengan orang Afrika. Kalau kita berada di sekitar Menagar Eiffel Paris, akan banyak ketemu dengan orang hitam. Sebagian dari Senegal. Menawarkan banyak souvenir dan barang lainnya dengan sapaan : hajji..hajjii.. murah-murah.. indonesia.. beli murah sini...
Mereka meniru temannya yang mengajari bahasa Indoensia sederhana untuk menjual souvenir. Mereka menganggap semua kita muslim, sheingga memanggil dengan : hajji..hajji..
Intinya :... semua bangsa normal.. wajar... manusiawi..
Maka ketika ada pembantaian baik di New Zealand, Norwagia, Palestine, dan lainnya, ada saatnya kita harus merenungkan diri: bahwa unsur jahat itu masih bercokol di jiwa manusia.
Saatnya kita mengkampanyekan perdamaian tanpa batas. Yang penuh prasangka harus dikurangi. Hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya.
Kemanusiaan harus dihargai dengan respect to other people.
Dan jauhi agresivitas senjata api.
Salam.