Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Money

Jalur Laut Alternatif Kalteng dan Ancaman Matinya Pelabuhan Banjarmasin

19 Februari 2019   14:01 Diperbarui: 20 Februari 2019   13:28 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kliping: Banjarmasin Post - 12 April 2018 (Dokpri)

Edukasi Kemaritiman

Dari dua hal yang layak disambut gembira tersebut, masyarakat masih sangat perlu diedukasi guna mendukung program-program pengembangan layanan logistik masa depan, sehingga kelak semua ide-ide brilian tersebut dapat dilaksanakan. Beberapa realita di lapangan mengemuka sebagai berikut sebagai alasan kita untuk terus mengedukasi masyarakat.

Pertama, ide-ide bagus di dunia logistik, kadang masih kurang didukung pemahaman yang benar mengenai terminologi kemaritiman. Alih-alih melahirkan konseptualisasi pendukung ide awal, justru ketika diadakan diskusi, debat dan pembahasan terjebak pada kesalahpahaman masalah terminologi. Misalnya, pada waktu pelatihan Maritime Leadership di Banjarmasin yang melibatkan banyak kalangan profesional dan insan pelayaran kepelabuhanan, pada bulan Maret 2018 yang lalu, ada pertanyaan mengapa Banjarmasin dipinggirkan dalam program tol laut. Menurut penanya, Banjarmasin sangat strategis dari sisi geografis dan nama besar pelabuhannya. Padahal, penanya tersebut tidak paham bahwa program tol laut adalah program yang dirancang pemerintah pusat untuk merangsang jalur-jalur perintis atau jalur baru, untuk menekan biaya logistik. Artinya, Pelabuhan Banjarmasin pasti bukan satu dari 15 jalur tol laut, karena eksisting Pelabuhan Banjarmasin adalah salah satu pelabuhan utama di pulau Kalimantan yang bukan kategori "perintis".

Kedua, tol sungai Ambang Barito yang diklaim sebagai satu-satunya tol yang sukses mengelola alur pelayaran di Kalimantan, pada kenyataannya masih membutuhkan penanganan yang lebih integrative karena alur Pelabuhan Banjarmasin adalah sepanjang 60 Km, sementara alur khusus yang dipelihara oleh badan usaha khusus tersebut hanya memiliki kewenangan sepanjang 15 Km. Dengan kata lain, risiko sedimentasi dan "kematian" pelabuhan Trisakti Banjarmasin masih mengancam. Pewartaan media terkait revisi Perda dan tarif di alur Ambang Barito tersebut, besar kemungkinan memiliki kendala non teknis terkait kesalingpemahaman dan saling pengertian secara profesional yang tidak sama, mengenai tata kelola alur, regulasi nasional dan daerah di bidang logistic and suplly chain management, sehingga rumor-rumor yang mengemuka di media tidak lebih dari informasi mentah dunia entah berantah. Dengan kata lain, jika kita semua para pemangku kepentingan serius mau membangun dunia logistic Banjarmasin khususnya, dan Kalimantan Selatan pada umumnya demi kejayaan Indonesia, masih membutuhkan banyak edukasi sehingga pemahaman, terminology, dan persepsi sampai dengan kompetensi yang sebenarnya mengenai dunia logistic dan kepelabuhanan akan lebih baik lagi.

Ketiga, sejatinya dari program restrukturisasi organisasi BUMN Kepelabuhanan, Pelabuhan Trisakti Banjarmasin adalah leader bagi pelabuhan lain yakni Sampit, Kumai, Pulang Pisaut, Batulicin, Kotabaru, dan pelabuhan-pelabuhan kecil lain di wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Dengan demikian, para pengambil keputusan perlu untuk duduk bersama, sebenarnya pelabuhan di Kalsel dan Kalteng ini mau diapakan? Apakah akan kompetisi, yakni dengan membangun semua pelabuhan, masing-masing provinsi secara sendiri-sendiri melakukan pengembangan, ataukah sinergi, yakni dengan skala prioritas yang ditata secara terpadu di antara 2 provinsi ini.

Kompetisi atau Sinergi?

Kompetisi itu jelas ada di depan mata. Jika pelabuhan di Pulangpisau dikembangkan, melalui perencanaan Pemprov Kalteng, maka kargo-kargo yang melalui pelabuhan Trisakti Banjarmasin akan beralih ke sana. Hal ini mirip dengan Pelabuhan Antwerp di Belgia, dan Pelabuhan Rotterdam di Belanda. Meskipun dari sisi bahasa dan budaya dapat dikatakan serumpun, namun kedua negara ini diam-diam berkompetisi untuk memperebutkan mega hub port (pelabuhan besar pengumpul) di Eropa. Rotterdam, sampai saat ini masih lebih besar dari Antwerp. Namun, pelabuhan di Belgia tersebut terus berpacu untuk saling kompetisi dengan Pelabuhan Belanda Rotterdam.

Lantas, apakah kompetisi Kalteng vs Kalsel, jika dapat dikatakan demikian, akan mencapai klimaks? Alih-alih kompetisi, alternatif yang lebih tepat adalah sinergi. Kerja sama yang baik antara pemangku kepentingan di kedua provinsi tersebut adalah penting dan perlu. Pertanyaannya, pihak mana saja yang sejatinya paling urgen untuk duduk bersama, dan bersungguh-sungguh, mengurusi hal ini?

Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalteng, dikabarkan sudah menjajaki pemotongan jalur logistik yang semula Surabaya-Banjarmasin-Palangkaraya, menjadi jalur alternatif Lamongan Jatim-Palangkaraya via Pulangpisau, Bahaur Port. Bagaimana dengan kesiapan Banjarmasin, utamanya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam menghadapi inovasi-inovasi seperti ini?

Sampai saat ini Banjarmasin masih lebih besar, dalam zona aman sebagai pintu logistik Kalselteng. Namun, bukan jaminan tantangan sedimentasi, alur pelayaran, keterbatasan lahan, kurang pedulinya sebagian dari kita untuk serius melakukan inovasi dan problem solving atas masalah di bidang logistik, berisiko pintu logistik akan bergeser dari Banjarmasin ke Pelabuhan Bahaur, Kalteng. Kita, pemangku kepentingan di Banjarmasin dan Kalsel, perlu untuk bergegas lebih cepat memahami masalah, dan mencari terobosan masa depan sinergi dengan provinsi lain.

Sebagian dari key person melontarkan adanya urgensi melakukan lompatan inovasi di bidang logistk, namun implementasi di lapangan bagaimana? Melempar wacana mungkin terlihat seksi, namun lebih penting agar semua pihak terkait duduk bersama untuk konseptualisasi kongkret bagaimana solusi-solusi di masa kini dan masa depan. Sebagai contoh,  kajian kongkret mengenai sedimentasi di muara Pelabuhan Sampit, yang kiranya perlu untuk diperhatikan para pihak terkait. Masa depan Banjarmasin, tergantung dari strategi saat ini, kompetisi atau sinergi. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun