Akhirnya mereka yang justru mengalah, selama dengan saya tidak ada acara minum-minum alcohol yang sifatnya untuk party. Bahkan, mereka ijin saya -- sorry I would like to drink alcohol -- ketika pada saat makan bersama mereka ingin minum alcohol.
Batin saya, memang semestinya saya sama sekali tidak bersentuhan dengan alcohol, namun kehidupan awam seperti saya mungkin memang hanya mampu menghindari minum untuk diri sendiri, dan tidak dengan sama sekali menjauh dari pertemanan dengan peminum alcohol. Tentu saja mereka minum tidak sampai mabuk, karena seperti orang Jepang yang suka minum sake, alcohol juga menjadi bagian dari menu makan seperti kita minum teh atau kopi setelah makan.
Jawaban saya atas pertanyaan bagaimana enjoy walaupun tanpa alcohol dan rokok adalah sebagai berikut;
- Muslim telah dikondisikan untuk tidak minum alcohol, karena demikianlah aturan dasarnya, dan juga efek negative dari alcohol sangat dihindari oleh muslim. Untuk menikmati hidup, kenyataannya kami baik-baik saja tanpa alcohol, dan kami juga bisa saling berinteraksi tanpa party tanpa alcohol.
Baca juga: Giliran Komunitas Muslim Indonesia di Melbourne Merasakan
Kelima, bagaimana dunia malam di Indonesia? Apakah pengelana dunia malam juga muslim? Ini pertanyaan yang agak sulit untuk dijawab. Sebagian orang Korea memiliki bisnis yang sangat bagus di Indonesia, misalnya berbagai merek (brand) Korea juga memiliki pasar besar seperti Samsung, Daewoo, KIA Motor, LG, dan lain-lain. Sebagian juga sering lalu lalang ke Indonesia, dan Bali juga menjadi alah satu favorit wisata masyarakat Korea. Dan, dunia malam di Indonesia, mereka juga mengenal dengan baik.
Terhadap pertanyaan ini saya menjawab sebagai berikut;
- Prinsipnya muslim punya aturan yang jelas. Lazimnya sebuah aturan, ada yang mematuhi, ada yang melanggar. Tidak hanya muslim yang bilang "no alcohol", agama lain ada juga misalnya Yahudi dan Kristen yang taat. Namun, di antara pemeluk agama tersbeut juga ada yang melanggar. Dunia malam di Indonesia yang notabene masyarakat mayoritas muslim, bukanlah semuanya perfectly moslem, ada yang bagus ada juga yang ordinary people. Namun perjuangan untuk menegakkan syariah tetap dilakukan untuk mencapai kehidupan muslim yang lebih baik.
- Pengelana malam, ya ada yang muslim ada yang non muslim. Ya begitulah, namun kami di Indonesia selalu berusaha untuk mencapai kehidupan muslim yang lebih baik, apalagi bila kami bertemu bulan Ramadhan setiap tahunnya.
Keenam, mengapa ada muslim berjilbab dan ada yang tidak? Mereka membandingkan dengan jilbabnya Iran Arab Saudi dan negara Islam lainnya yang merata untuk semua wanita.
Jawaban saya adalah sebagai berikut;
- Sebenarnya mandatory, wajib mengenakan jilbab, namun ada pemahaman lain bahwa wajibnya hanya pada saat beribadah / sembahyang. Namun, bagi yang menganggap wajib mengenakan jilbab, muslim sendiri berpandangan bahwa setiap hela nafas adalah ibadah, setiap aktivitas adalah ibadah, maka jilbab tetap wajib. Apalagi, aturan dasarnya dalam Quran, jilbab adalah wajib.
- Meski demikian, Indonesia memiliki sejarah panjang tentang kepemelukan agama, sebelum Islam masuk, Indonesia mengenal Hindu dan Budha. Dan sampai sekarang umat Hindu dan Budha juga tetap ada, hidup berdampingan secara damai dengan mayoritas muslim. Namun, Indonesia bukan negara dengan syariat Islam, sehingga masalah mandatory jilbab pun dikembalikan ke masing-maisng individu. Prinsipnya, memang wajib, sama juga dengan ibadah wajib lainnya dalam Islam, dimana tidak setiap muslim patuh menjalankannya.
- Bagi muslim yang berusaha menjadi muslim yang lebih baik lagi, jilbab adalah wajib.
Jawaban yang saya sajikan lebih banyak pada logika berpikir yang semoga saja selalu merujuk pada Quran dan Hadist, meskipun dalil tertulisnya tidak saya sampaikan di sini.
Fastabighul Khairat.