Potensi Ekspor PKS ke Korea
Terkait dengan PKS ini, pembangkit listrik Moorim Tech, yang menjadi bagian dari Korea Electrical Power Corp., (KEPCO) di Jinju – sebuah kota industry, memerlukan minimal setiap bulannya sekitar 5000 – 15.000 Ton secara rutin tanpa henti.
Jadi, setiap tahun sekitar 60.000 – 180.000 ton. Dengan asumsi harga per kilogram Rp. 470,- atau Rp. 470.000 per ton, maka nilai tahunan sekitar Rp. 28 milyard sampai dengan Rp. 84 milyard. Sayangnya, informasi masalah keberadaan PKS secara nyata, dalam hal kepastian volume dan kualitas, tidak tersedia.
Penulis berusaha mengkontak langsung dengan pabrik kelapa sawit di Kalimantan (Kumai, Sampit) dan Sumatera (Medan), namun hampir semua berdalih untuk pemenuhan kebutuhan sendiri saja tidak cukup. Demikian juga ketika mengontak Indonesia Palm Oil Association / GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia) di Jakarta, data riil tentang PKS juga malah tidak tersedia. Kebanyakan data tentang CPO (crude palm oil), dan PKO (palm kernel oil).
Indonesia memang dikenal sebagai the biggest exporter of CPO yakni memenuhi market share lebih dari 44 % dunia, diikuti Malaysia sekitar 42 %. Annual produksi CPO untuk Indonesia sampai tahun 2006 adalah lebih dari 16 juta ton. Tahun 2010 ini, produksi CPO Indonesia diprediksikan akan mencapai 21 juta ton. PKS lagi-lagi tidak didapatkan data riil mengenai volume tahunannya.
Kenyataannya, memang banyak Pabrik Kelapa Sawit menggunakan PKS sebagai bahan bakar untuk memanasi boiler pabrik sawitnya, termasuk untuk menggantikan energy batu bara untuk memanasi CPO. Produk turunan dari sawit tersebut memang sedang menarik perhatian kalangan industry. PKS, diyakini sebagai bahan bakar non bbm yang lebih eco friendly, utamanya bila dibandingkan batu bara (coal). Pada waktu proses pembakaran, polutan yang dihasilkan tidak seberbahaya batu bara.
Menurut informasi dari Departemen Pertanian, target pencapaian tersebut didukung dengan telah dibukanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Dumai, Riau dan Semangke serta Kuala Tanjung Sumatera Utara (Sumut), yang tidak melalui pembukaan lahan sawit secara membabi buta.
Sebab, sebagian besar kebun-kebun kita itu sudah waktunya replanting atau ditanam lagi. Dengan varietas-varietas baru. Ambisi Indonesia dengan adanya KEK tersebut maka target produksi pada 2020 sebesar 40 juta ton akan tercapai.
Bila Terminal/Pelabuhan di Indonesia cukup sensitive terhadap produk turunan CPO yakni PKS, maka volume 200.000 ton untuk PKS mestinya tidak akan sulit. Dengan full handling pasca PP No. 61 Tahun 2009 yang mengarahkan pelabuhan sebagai Terminal Operator, taruhlah asumsi tariff handling perton PKS adalah Rp. 100.000, maka pendapatan (revenue) tahunan dari handling PKS adalah sebesar Rp. 20 milyard. Angka yang lumayan bagus bila bisa dilewatkan Terminal Bumiharjo Tanjung Kalaf Kumai, atau Terminal Bagendang Sampit.
BEDA PELABUHAN BEDA TATA KELOLA
Bila tadi diceritakan mengenai PKS, memang salah satu agenda ITEP di Mokpo Newport adalah kunjungan ke dunia industry. Selain menjalin hubungan antar lembaga, juga mengkondisikan dari mana dan kemana produk industry, sekaligus bahan dasarnya (raw material) itu berasal.