Gotong royong merupakan sebuah budaya yang hidup dalam masyarakat sebagai bukti adanya kerukunan dalam kehidupannya. Gotong royong adalah salah satu budaya khas Indonesia yang penuh dengan nilai luhur, sehingga sangat perlu untuk dibudayakan dalam kehidupan (Anggorowati danSarmini,2015:39).
Gotong royong memiliki nilai yang sangat mendalam jika terus diterapkan dalam masyarakat sebagai budaya luhur. Gotong royong juga menjadi salah satu bukti nyatanya keberhasilan dalam menghadapi keberagaman etnis.
Gotong royong dikategorikan menjadi dua bentuk. Menurut Koentjaraningrat (Irfan,2016:4)gotong-royong dibagi menjadi dua yaitu gotong-royong kerja bakti dan gotong royong tolong menolong. Gotong royong kerjabakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal ya ng bersifat untuk kepentingan umum,
seperti: bersih desa, perbaikan jalan desa, pebaikan saluran air (selokan). Sedangkan gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa benca na atau kematian yang dilakukan dengan berasaskan timbal-balik.
Pada masyarakat pedesaan gotong royong masih sering ditemukan. Koentjaraningrat (Irfan,2016:4) membagi jenis-jenis gotong royong yang ada di pedesaan, yaitu:
- Tolong menolong dalam aktivitas pertanian.
- Tolong menolong dalam aktivitas-aktivitas sekitar rumah tangga.
- Tolong menolong dalam aktivitas persiapan pesta dan upacara.
- Tolong menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian.
Dan pada kali ini penulis memilih gotong royong tolong menolong pada kegiatan desa yang sangat sering terjadi dikalangan masyarakat.
Salah satu gotong royong yang masih melekat dikalangan masyarakat Jawa Tengah terutama di desa adalah sinoman. Tradisi sinoman merupakan kegiatan membantu tetangga ataupun kerabat pada saat tetangga/kerabat memiliki hajat, baik hajat pernikahan, ataupun khitanan.
Tradisi sinoman dilakukan para warga pria/bapak-bapak dan juga dilakukan para warga wanita/ibu-ibu. Pelaku sinoman secara umum adalah saudara suami dan istri meliputi saudara kandung, bapak dan ibu, keponakan, misanan dan mindoan. Selain itu tetangga ataupun sahabat juga menjadi peserta sinoman.
Kegiatan sinoman dimulai beberapa hari sebelum acara dilangsungkan. Adapun kegiatan sinoman sebagai berikut:
- Sinoman pada hari H-2: membuat tarop, membuat keropak (kotak makanan dan kotak kue),dan biasanya untuk ibu-ibu lebih cenderung kebagian bahan untuk santapan pada hari H.
- Sinoman pada hari H-1: menyediakan perlengkapan meja, kursi, taplak meja, menutupi terop dengan kain keliling dan juga plafon, laki-laki atau pemuda yang tidak ikut mengerjakan tarop, membantu kegiatan di dapur seperti mengangkat-angkat barang/bahan masakan, mengarahkan tetangga atau sodara ke dapur membantu melengkapi kayu, dan malam harinya diadakan acara melekan
- Sinoman pada hari H: melakukan persiapan, melayani tamu, membersihkan lokasi.
Meskipun dizaman sekarang sangat mudah mencari jasa katering dan juga wedding organization, kegiatan sinoman ini bisa menjadi sebuah bentuk suatu cerminan tradisi gotong royong.
Tujuan dari adanya sinoman ini adalah membantu kelancaran acara hajatan dengan kata lain bahwa tradisi Sinoman ini akan membantu agar pelaksanaan hajatan tersebut bisa berjalan dengan lancar para sinoman biasanya memiliki satu orang yang ditunjuk sebagai ketua yang biasanya bertugas sebagai penerima undangan dari pemilik hajat dan kemudian ketua ini akan memberi tahu kepada para anggota karang taruna lainya.
Selain meringankan beban orang yang punya hajat, yaitu dengan sumbangan berupa tenaga dan pikiran biasanya orang yang turut dalam Sinoman tersebut akan membawa bawaan berupa materi ( beras, minyak, gula, kopi, teh, ayam, dan sebagainya ) untuk di berikan kepada orang yang punya hajat.
Sinoman juga bertujuan mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan yaitu maksudnya adalah tradisi Sinoman ini akan mampu mempererat tali silaturahmi di antara sesama anggota masyarakat, karena mereka akan berinteraksi satu sama lain dalam hajatan tersebut, ini tentu akan menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan yang sudah ada.
Selain suku Jawa, tradisi Sinoman ini juga di laksanankan oleh suku - suku yang lain. Dalam istilah yang sering kita dengar sekarang misalnya yakni tradisi "Rewang hajat". Seiring dengan kemajuan zaman, maka tradisi Sinoman dalam masyarakat suku Jawa pun mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian, akan tetapi tidak menghilangkan prinsip dasar dan tujuan dari Sinoman tersebut.
Perubahan tersebut misalnya yaitu untuk panitia hajatan saat ini lebih banyak diisi oleh anak - anak muda atau sering disebut Karang Taruna. Mereka akan bertugas sebagai panitia ketika ada warga masyarakat yang akan melaksanakan hajatan, sementara para orang tua bertugas untuk memantau dan mengarahkan saja kalau ada hal- hal yang perlu untuk di sempurnakan.
Hal ini merupakan sebuah hal yang cukup bagus, karena anak - anak muda zaman sekarang sudah mulai dilibatkan dan diberikan tanggung jawab yang akan sangat berguna untuk mereka di masa depan, mereka inilah yang akan menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi Sinoman ini di masa depan ketika generasi tua sudah tidak ada lagi.
Referensi
Anggorowati, Puput and Sarmini. 2015. “Pelaksanaan Gotong-Royong Di Era Global (Studi Kasus Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan).” Jurnal Kajian Moral Dan Kewarganegaraan 1(3):39 (https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-kewarganegaraa/article/view/10766)
Irfan, Maulana. 2016. “Metamorfosis Gotong-Royong Dalam Pandangan Konstruksi Sosial.”
Jurnal Prosiding 4(1):
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H