Tidak hanya merawat, seorang ibu di kalangan masyarakat akan muncul sosok yang selalu berada di dekat anak. Anak yang dirawatnya dididik sedemikian rupa sehingga anak itu menjadi anak yang unggul. Jika anak yang dirawatnya tidak memuaskan kriteria masyarakat, maka hasilnya akan sangat berbahaya bagi kesehatan mental sang Ibu. Ketika seorang anak berperilaku payah, makan yang akan diserang selanjutnya adalah Ibunya. Jika terus seperti ini mental down dapat sewaktu-waktu terjadi dan merenggut kesadaran sang Ibu.
4. Tekanan Sosial Ketika Berinteraksi
Tentunya ketika kita berbincang-bincang dengan orang lain sangat membutuhkan rasa yang nyaman, energi, dan kepercayaan diri. Ketika seorang Ibu mengalami depresi berat akibat hal-hal yang dipikulnya, makan interaksi yang harusnya menghibur itu membuat dirinya merasa ditekan semakin lama semakin membesar. Musuh alami dari insecuritas adalah support sang pasangan yang selalu ada untuknya ketika terjadi mental breakdown akibat dari keadaan ini.
 5. Kebingungan Apa yang Harus Dilakukan pada seorang Bayi
Bayi adalah manusia yang rapuh, mereka hanya bisa menangis jika ingin sesuatu. Merawat bayi sudah menjadi turun temurun susahnya, para ibu biasanya menghabiskan waktu seharian untuk merawat seorang bayi. Jika saat ini tanggung jawab terus menghantui para wanita, maka antisipasinya adalah pasangan dapat membantu aktif merawat bayi.
Kesimpulan
Kemurungan dan dampak psikis wanita yang baru saja melahirkan dapat dicegah sedemikian rupa dengan kehadiran pasangan  yang selalu supportive dan tidak kaku dalam menjalankan peran rumah tangga. Penyesuaian perlu dilakukan sehingga apa yang terjadi tiba-tiba tidak berakibat fatal. Ketika seseorang mengalami serangan psikis, mereka dapat pingsan, terjangkit penyakit melalui sistem imun rendah, gila, bahkan kematian. Pria dan Wanita sama-sama membutuhkan satu sama lain, terlepas dari peran dalam keluarga, kita tetaplah manusia yang saling membutuhkan.
-Nugroho Anggara
(Salam kepedulian!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H