Penemuan kapal angkut Jepang “Montevideo Maru” bekas Perang Dunia II di lepas pantai Filipina entah merupakan sesuatu yang menggembirakan atau menyedihkan.
Perang Dunia II adalah perang yang menewaskan jutaan orang mulai dari tentara hingga bayi yang baru lahir. Peristiwa itu juga menjadi pemangkas jumlah populasi pria di dunia, yang saat ini jumlahnya hanya sepertiga jumlah populasi wanita.
Apalah Arti Jumlah Jika Sudah Tiada.
Kapal yang mengangkut sekitar 1000 orang warga Australia yang tewas itu sungguh seperti kuburan di dasar laut, bahkan jumlahnya melebihi kuota pemakaman-pemakaman umum saat ini.
Penemuan terkait kapal ini mungkin bagi sejarawan atau tim penemu bagaikan sebuah berlian, pasalnya dengan ditemukannya kapal ini beberapa orang akan dianggap sebagai “pahlawan” yang mengungkap kebenaran.
Peninggalan-peninggalan yang ada di kapal itu juga menjadi saksi bisu keadaan dan kejadian saat itu yang masih bertemakan tempo dulu. Para sejarawan memandang itu sebagai bahan penelitian penting yang penuh dengan kenyataan juga ilmu.
Kritis Tidak Hanya Pemikiran.
Bagaimana perasaan yang dirasakan para keluarga korban yang tewas di kapal itu? Bayangkan, tenggelamnya kapal itu sudah sejak 1 Juli 1942, dan ditemukan tahun 2023 ini.
Mereka telah melewati masa berkabung yang mengganjal, beradaptasi sedemikian rupa bertahun-tahun hingga mengikhlaskan dengan berat kepergian para anggota keluarga mereka.
Mungkin saat ini yang menghubungi pihak penemu kapal angkut tersebut adalah cucu atau cicit mereka yang ditinggalkan. Tidak hanya keluarga yang ditinggalkan yang merasakan hampa sekali lagi saat ditemukannya kapal “Montevideo Maru” ini, para warga negara dan nasionalis pastilah merasakan sayatan yang luar biasa dalam mengenang apa yang terjadi waktu itu.