Mohon tunggu...
Nugroho Adhi Saputro
Nugroho Adhi Saputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menurunnya Kesenian Jawa di Era Millenial

5 Oktober 2023   10:30 Diperbarui: 5 Oktober 2023   10:36 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurunnya Kesenian Jawa Di Era Millenial

         Nugroho Adhi Saputro, Dr. Eka Titi Andaryani, S,Pd., M,Pd

Mahasiswa PGSD, Dosen PGSD FIPP Universitas Negeri Semarang

Seni adalah aset bangsa yang harus dilestarikan oleh kalangan muda sebagai penerus bangsa. Namun banyak anak-anak muda yang gengsi untuk mempelajari kesenian. Mereka menganggap kesenian itu terlihat katrok. Apalagi kesenian yang berasal dari Jawa, minat anak muda terhadap budaya Jawa semakin menurun. Seperti halnya Kesenian Wayang Kulit yang dianggap rumit dan memakai bahasa Jawa Kawi atau kuno yang sulit dipahami ditelinga mereka. Kesenian Jawa adalah bagian penting dari warisan budaya yang kaya di Indonesia. Namun, seperti halnya dengan banyak tradisi budaya di seluruh dunia, kesenian Jawa menghadapi tantangan dalam mempertahankan keberadaannya di kalangan generasi milenial.

Generasi milenial hidup dalam era modern dengan gaya hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka malah lebih tertarik dengan budaya dari negara asing yang menjadi trend saat ini, misalnya budaya dari Korea seperti K-pop. Padahal warga asing malah  lebih senang mempelajari budaya dan kesenian bangsa Indonesia. Mereka bahkan belajar tentang menjadi sinden di pewayangan. Sangat miris bukan, kita sebagai generasi millenial malah tidak belajar tentang kesenian Jawa, sedangkan warga asing saja semangat dalam mempelajari hal tersebut. Bahkan warga asing malah sudah ada yng menjadi sinden

Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat telah memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir dan minat generasi milenial. Konten media yang populer seperti musik, film, dan hiburan modern lebih dominan dan mudah diakses, sementara kesenian Jawa sering kali terpinggirkan. Pengaruh globalisasi juga telah membawa budaya populer dari luar yang menggeser perhatian generasi milenial dari kesenian Jawa.

Untuk mempertahankan keberadaan kesenian Jawa di kalangan milenial, perlu adanya upaya yang komprehensif, misalnya mengkolaborasikan kesenian Jawa dengan budaya yang modern, memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menggunggah tentang kesenian Jawa sehingga bisa dilihat oleh kalangan anak millenial, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta menciptakan ruang partisipasi bagi generasi milenial adalah langkah-langkah yang dapat diambil. Dengan solusi-solusi ini, kesenian Jawa dapat terus hidup dan dinikmati oleh generasi milenial, sekaligus melestarikan warisan budaya yang berharga.

Oleh sebab itu, marilah kita sebagai generasi millennial lestarikan kesenian bangsa yang telah diciptakan oleh leluhur kita. Jangan sampai budaya kita di klaim oleh negara lain karena kurangnya perhatian dan kesadaran kita untuk menjaga seni dan budaya yang telah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun