kisah masa kecil kembali mengemuka
Serpihan-serpihanKami berempat saudara hidup sangat sederhana
Rumah kami terletak berdekatan dengan gereja tua dan statsiun kereta
Ada deretan pohon-pohon asam di pinggir jalan di depan rumah yang senantiasa berbuah dan kami selalu mencari buahnya yang jatuh untuk kami buat minuman yang nikmatnya tiada tara
Di pohon-pohon asam tua itu ada berbagai burung liar aneka warna yang kicaunya asri di telinga
Kami rukun meski ibu harus berpikir bagaimana dengan gaji ayah yang pensiunan tentara harus mencukupi makan dan biaya sekolah yang sebenarnya tak murah pula
Tapi berkat Tuhan kami tumbuh dewasa dan tak kurang suatu apa baik nafkah maupun yang lainnya
Namun rumah kami dan sekiranya kini tak lagi sama
Pohon-pohon asam itu sudah tiada
KIcauan burungpun juga sudah menghilang  selamanya
Jalan sudah lebar dan rapi tapi gersang terasa