Anies Baswedan soal prestasi Jokowi dan SBY dalam hal pembangunan infrastruktur jalan. Menurt Anies, SBY lebih banyak membangun jalan biasa dibanding jalan biasa. Hal sebaliknya dilakukan Jokowi yang menurutnya membangun lebih banyak jalan tol dibanding jalan biasa. Dengan kata lain Anies ingin menyatakan bahwa prestasi SBY lebih baik dari prestasi Jokowi.
Sedang ramai didiskusikan di publik tentang pernyataanMengapa Anies melakukan hal itu? TEntunya ia tak mengatakan hal itu tanpa tujuan atau maksud. Apa tujuannya? Sebagaimana diketahui koalisi perubahan yang tediri dari PKS, Nasdem dan Demokrat sampai saat ini  belum menentukan cawapres bagi Anies. Partai DEmokrat ingin AHY sang ketua umum untuk mendampingi Anies sebagai capres dari koalisi perubahan. Permintaan Partai DEmokrat ini dilakukan dengan nada keras atau "memaksa".Â
Menurut politikus Demokrat Andi Arief, jika AHY tak dipasangkan dengan Anies maka Demokrat akan keluar dari koalisi perubahan. Tapi tampaknya permintaan itu tak disetuuji PKS dan Nasdem. Maka Anies mengambil strategi dengan cara mengambil hati DEmokrat dengan mengatakan prestasi SBY, bekas ketua umum Demokrat, ketika menjabat presiden lebih baik dari prestasi Jokowi. Anies membandingkan dengan prestasi Jokowi untuk melawan calon presiden lain yaitu Ganjar Pranowo yang diusung PDPIP yang dianggap penerus Jokowi.
Tpi tampaknya langkah Anies ini menjadi boomerang karena beberapa hal. Pertama, berdasar klarifikasi dari Kementrian PUPR bahwa apa yang dikatakan sebagai penambahan jalan nasional di era SBY itu bukan hasil pembangunan jalan baru melainkan perubahan status dari jalan Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadi jalan nasional. Orang justru akan menyimpulkan bahwa pertambahan jalan nasional di jaman SBY ternyata bukan karena pembangunan jalan baru tetapi "hanya" hasil perubahan status saja.
Kedua, setelah kesalahan membaca data tersebut bukannya minta maaf malahan tim Anies menyalahkan media yang salah menggungah data tersebut dan malah meminta Kemntrian PUPR yang mengklarifikasi ke media online tersebut. Semestinya Tim Anies akan lebih ksatria kalau meminta maaf secara langsung kepada masyarakat.
Ketiga, banyak kritikan juga ditujukan dengan tindakan membandingkan itu yaitu sangat tidak etis membandingkan SBY dan Jokowi karena keduanya toh tidak lagi berkontestasi di Pilpres 2024.
Pelajaran yang dapat ditarik dari kasus tersebut adalah hendaknya kampanye yang dilakukan oleh para capres dan timnya berdasarkan kepada data yang akurat setelah melalui cek dan cross cek serta hendaknya etika tetap dijunjung tinggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H