Ramadan dan Lebaran tahun 2023 ini sebesar Rp 195 triliun. Jumlah itu naik 8,22 persen dibanding tahun 2022 lalu. Angka itu cukup besar karena setara 6,4 persen dari total belanja APBN 2023 yang sebesar Rp 3.061,2 triliun.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang tunai untukMemang Ramadan dan Lebaran  di Indonesia merupakan penggerak ekonomi baik di tingkat pusat maupun daerah. Ibaratnya merupakan injeksi vitamin yang menyehatkan badan seseorang yang beberapa lama lemas tak berdaya.
Ekonomi Indonesia memang selama beberapa tahun yaitu tahun 2019 sampai 2021 sempat melemah karena adanya Pandemi Covid19. Kini Covid19 sudah mereda sehingga berbagai pembatasan kegiatan masyarakat tidak lagi dibatasi. Akibatnya roda perekonomian kembali bergerak baik pada skalaa nasional maupun daerah.
Hal tersebut ditunjang dengan aktivitas selama Ramadan dan natinya Lebaran yang meningkatkan konsumsi masyarakat serta kegiatan ekonomi lain maka bisa diramalkan akan mendorong ekonomi masyarakat dan negara juga bergerak.
memang salah satu dampak yang timbul adalah kenaikan harga-harga atau inflasi. Maka agar dampak positif Ramadan dan Lebaran tidak terkurangi dengan adanya inflasi yang bisa menurunkan daya beli masyarakat, menjadi tugas semua pihak terutama BI dan Pemerintah untuk meredam inflasi agar tidak naik selama Ramadan dan Lebaran. Caranya pemerintah harus menjaga stok atau persediaan bahan kebutuhan pokok secara cukup dan menindak tegas para spekulan yang mempermainkan stok dan harga bahan kebutuhan pokok. Smentara BI bertugas menjaga stabilitas harga degan cara menjaga jumlah uang beredar yang cukup atau tidak berlebihan lewat instrumen kebijakan moneter yang ada seperti: operasi pasar terbuka, penentuan giro wajib minimum, kebijakan tingkat diskonto, serta kebijakan persuasi moral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H