media sosial telah membawa gaya hidup baru bagi masyarakat. Salah satu gaya hidup tersebut adalah suka pamer berbagai hal- termasuk kekayaan - di media sosial atau dikenal dengan istilah populer "flexing".
Kemajuan teknologi termasuk berkembang suburnya berbagaiDalam batas-batas wajar sebenarnya pamer tidak apa-apa karena itu juga merupakan sifat manusia yang suka pamer dan dipuji. Tetap[i hati-hati suka pamer bisa jadi merupakan gejala sakit jiwa. Berikut tanda-tanda jika suka pamer sudah jadi gejala sakit jiwa.
Pertama, jika setelah menayangkan sesuatu di media sosialnya dan sedikit atau tidak ada yang melihat dan memberikan komentar maka orang tersebut marah-marah, sedih dan akhirnya mengalami depresi
Kedua, jika seseorang hanya demi supaya materi atau konten yang ditayangkannya melakukan hal-hal yang tidak pantas, berbahaya, menyakiti orang lain, dan hal-hal yang tidak baik lainnya. Atau dengan kata lain supaya dia populer maka dia menghalalkan segala cara.
Ketiga, terlalu memaksakan diri membeli barang di luar kemampuannya hanya demi memamerkannya di media sosial. Hal ini akan berakibat lanjutan berupa misalnya tindak kejahatan atau terlilit utang.
Keempat, apa yang dipamerkan bukan miliknya sendiri. Bisa saja hasil meminjam atau bahkan misalnya: hanya menumpang foto di rumah mewah atau mobil mewah milik orang lain.
Itulah gejala pamer yang harus mulai diwaspadai sebagai gejala sakit jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H