Pohon di tepi jalan itu menangis berkepanjangan jadinya
Ia menangis bukan hanya untuk dirinya tetapi untuk alam seluruhnya
Pasalnya, benar-benar kini alam tak lagi bersahabat dengannya dan juga teman-teman sesama mahluk hidup penghuni dunia
Hujan di bulan-bulan yang seharusnya basah tak lagi ada
Kini panas terik sudah mulai membakar dirinya
Mungkin pula seluruh sesama mahluk ciptaan Yang Kuasa
Apakah sebabnya?
Jelas ulah manusia yang merusak alam ciptaanNya
Hutan ditebangi seenaknya.
Tak ada lagi kesejukan yang imbul dari oksigen yang dilepas teman-teman tumbuhan sesamanya
Di kota hanya ada hutan-hutan beton yang melepas panas tak terkira
Jelas hasilnya adalah perubahan iklmi yang membuat sengsara
Dalam penderitaannya sang pohon hanya berseru yang tak kentara:
Wahai manusia kapankah engkau sadar perbuatanmu yang menggila?
Tak ada jawab dari manusia karena mungkin sudah tuli telinga dan tumpul pikiran dan hati nuraninya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H