Sang lelaki tua sudah menderita dimensia.
Ia sudah mengakrabi lupa di kepala
Dan sedihnya makin bertambah usia semakin pendek saja ingatan masa lalu yang bisa ia ingat di logika
Tetapi justru sang lelaki bersyukur karena dengan demikian ia tak pernah menengok dan ingat masa lalunya
Sebab masa lalunya penuh luka, kesalahan, derita, dan dosa
Kini yang ia ingat dan pandang hanyalah masa depannya
Masa depan yang kian jelas yaitu ia sebentar lagi harus mengakhiri ziarahnya di dunia
Dan itu kini dipersiapkannya dengan lebih baik dengan tekun beramal dan berdoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H